Site icon Seputar Energi

Banyak Proyek Listrik Hijau, Pemerintah Optimistis Target Bauran EBT Tercapai

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih optimistis target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen di 2025 bisa tercapai meski saat ini capaiannya baru sebesar 13,55 persen.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan pemerintah tidak memiliki pilihan selain tetap optimistis. Sebab, target tersebut merupakan komitmen dan amanat regulasi.

Rida menjelaskan optimisme tersebut didorong oleh perencanaan yang matang. Ia bilang saat ini pemerintah dan PT PLN (Persero) tengah menyusun Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Dalam RUPTL anyar ini, porsi proyek pembangkit akan lebih hijau dalam mendukung target tersebut.

“Kita sudah buat jalan ke sana, kita punya komitmen untuk menyusun RUPTL PLN lebih hijau,” kata Rida dalam acara Media Group News Summit Series bertajuk Indonesia Green Summit, Senin, 26 Juli 2021

Rida mengatakan dalam RUPTL 2019-2028 yang masih berlaku saat ini, porsi bauran EBT di pembangkit sebesar 30 persen. Namun dalam rancangan RUPTL anyar, porsinya meningkat jadi 46 persen.

“Jadi ada program-program EBT yang kita yakini dalam empat tahun ke depan bisa dicapai. Enggak ada pilihan lain, dan ini jadi salah satu komitmen global,” tutur Rida.

Di sisi lain, pihaknya pun akan mengurangi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara dengan cara dipercepat maupun alamiah. Ditargetkan di 2060 sudah tidak ada lagi PLTU.

Bahkan usai 2025, pemerintah melarang pembangunan PLTU baru, kecuali yang telah masuk masa konstruksi atau telah menandatangani kontrak jual beli listrik (PPA).

“Artinya kita sediakan ruang yang lebih besar ke EBT,” jelas dia.

Dalam kesempatan yang sama Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dhewanti menambahkan target tersebut harus dicapai untuk mencapai target Indonesia menurunkan emisi gas rumah kaca 29 persen dengan upaya sendiri, dan 41 persen dengan bantuan internasional di 2030.

Ia mengatakan energi menjadi sektor kedua yang menyumbang penurunan gas rumah kaca, di bawah sektor kehutanan.

“Kalau energi bisa lakukan itu, maka optimis dan yakin kita akan sampai pada target tersebut di 2030,” pungkas Laksmi.