Materi tentang Energi baru terbarukan, dinilai perlu dipelajari dan dimasukan ke dalam kurikulum sekolah.
Guru Besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Prof Yus Mochamad Cholily, mengatakan dengan demikian diharapkan keilmuan tersebut bisa terdiseminasikan ke masyarakat dengan baik. “Tidak cukup dikampanyekan tanpa aksi konkret,” ujar guru besar bidang Ilmu pendidikan matematika UMM ini.
Yus tak menampik, isu energi terbarukan memang belum digencarkan secara maksimal oleh Indonesia. Padahal materi energi terbarukan sudah masuk dalam kurikulum di beberapa negara maju.
Sebelumnya, Yus mengaku, telah melakukan riset Energi terbarukan pada 2014. Risetnya ini membuahkan puluhan media pembelajaran panel Surya. Hingga saat ini sejumlah sekolah negeri di Kota Malang dan daerah lainnya sudah memanfaatkan temuan ini.
Yus menjelaskan, media pembelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah berupa sebuah prototipe panel surya.
Alat ini bisa menjelaskan bagaimana cara kerja panel surya dalam menangkap energi matahari. Kemudian dijelaskan pula bagaimana panel surya bisa dimanfaatkan lebih untuk berbagai kebutuhan.
“Yang dibuat ini adalah perangkat yang dilengkapi dinamo dan lampu. Jadi siswa-siswi dapat langsung mempraktikkan sendiri bagaimana solar cell bekerja,” jelas Yus.
Beberapa tahun terakhir, Yus mengaku tengah rajin mengikuti kajian pendidikan berbasis energi terbarukan. Semua berawal dari tantangan penelitian terkait isu energi dari kampus. Ia menggagas riset optimalisasi energi surya sebagai bagian dari energi terbarukan.
Kemudian Yus membuat kurikulum energi terbarukan dan prototipe panel surya sebagai media pembelajaran berkelanjutan di sekolah. Ia berpikir generasi pelajar harus ditanamkan pemikiran bahwa energi terbarukan itu penting di masa depan.
Menurut Yus, media pembelajaran panel surya merupakan salah satu cara paling efektif dalam menerapkan energi terbarukan di dunia pendidikan. Sebab masyarakat Indonesia sejauh ini masih cenderung terpaku pada energi yang umum digunakan seperti bahan bakar minyak (BBM), gas dan batu bara.
Padahal energi tersebut suatu saat dipastikan akan habis karena jumlahnya yang terbatas sedangkan kebutuhan manusia tidak pernah berhenti.
Yus menyatakan, jumlah energi terbarukan di sekitar manusia sangat melimpah tapi belum dimanfaatkan secara optimal. Beberapa di antaranya seperti sinar matahari, angin hingga gelombang dan arus air. Situasi ini pernah dikomentari masyarakat Jepang kepadanya saat melakukan riset di negeri tersebut.
Yus berencana menggagas kelas mandiri energi dalam waktu dekat. Ia akan mengajak sekolah untuk mendirikan satu ruang kelas khusus yang memiliki energi mandiri. Kelas tersebut nantinya akan digunakan sekaligus untuk pembelajaran energi terbarukan.
Estimasi pendirian untuk kelas mandiri energi sekitar Rp 10 juta. Dana tersebut hanya dikeluarkan pada awal instalasi panel Surya lalu dapat digunakan sepanjang tahun. “Kita gagas digunakan di kelas karena penggunaan listrik optimalnya siang. Jadi cocok dengan energi solar cell ini yang optimal di siang hari,” ucap Yus.
Sumber: Republika