PT Pertamina (Persero) perusahaan minyak dan gas bumi milik negara, opitimis bahwa sampai akhir tahun pihaknya dapat mencetak dan meningkatkan laba pada akhir tahun nanti meskipun Pertamina mencatat kerugian sebesar US$ 905.905. Jika di rupiahkan setara dengan Rp13.401.052.665 Triliun (US$ 1 = Rp 14.793) pada semester pertama 2020 ini.
Jumlah tersebut berbanding terbalik dengan tahun 2019 lalu, yang mana, Pertamina mengalami laba bersih sebesar US$ 552.659, atau setara dengan Rp8.175.484.587 Triliun.
Walaupun demikian Pertamina optimis hingga akhir tahun akan menunjukkan laba positif. Fajriyah Usman, VP Corporate Communication Pertamina, mengatakan optimisme ini dipicu karena harga minyak mentah dunia kini mulai naik dan penjualan BBM, baik industri maupun retail menunjukkan adanya peningkatan.
Selain karena meningkatnya penjualan BBM dan harga minyak mentah dunia, dia mengatakan, adanya sejumlah langkah inisiatif perseroan untuk menghadapi tantangan terutama akibat pandemi Covid-19 di tahun ini akan memicu perbaikan kinerja perusahaan.
Selain itu, kata Fajriyah, pihaknya juga terus melakukan inisiatif perbaikan internal yakni dengan tetap melakukan penghematan sampai 30%, hingga meningkatkan Tingkat Penggunaan dalam Negeri (TKDN) sehingga biaya dari sisi rupiah juga semakin banyak komposisinya dan bisa menekan biaya secara umum.
“Prioritasi rencana investasi, renegosiasi kontrak eksisting, refinancing untuk mendapatkan biaya bunga yang lebih kompetitif serta meningkatkan TKDN” tuturnya.
“Yang paling penting adalah bahwa ditengah tantangan 2020, Pertamina tetap konsisten menjaga operasional pelayanan untuk seluruh masyarakat Indonesia dan menjaga ketahanan energi sehingga tetap menggerakkan perekonomian nasional,” tandas Fajriyah.