Holding BUMN sektor migas PT Pertamina (Persero) mencatatkan kerugian sebesar Rp 11,28 triliun pada semester I 2020. Meski demikian, Pertamina rugi dinilai wajar oleh anggota Komisi VII DPR yang membidangi sektor migas dan energi, Maman Abdurrahman.ADVERTISEMENT
Dia menilai wajar jika Pertamina mengalami kerugian Rp 11,28 triliun pada semester pertama 2020, sebab tak hanya perusahaan migas dalam negeri namun sejumlah perusahaan migas milik asing mengalami nasib serupa.
“Wajar, ini kondisi luar biasa. Tidak hanya Pertamina yang terdampak, major global oil companies lain bahkan mengalami kerugian yang lebih besar lagi,” kata Maman dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (26/8).
Mengutip Forbes Middle East, dia menyebutkan pada periode yang sama perusahaan migas Amerika Serikat, ExxonMobil mencatatkan kerugian USD 1,3 miliar atau setara Rp 19 triliun. Nasib lebih buruk dialami perusahaan-perusahaan migas Eropa. Yakni BP asal Inggris yang rugi USD 6,7 miliar (Rp 98,1 triliun), Total asal Prancis rugi USD 8,4 miliar (Rp 123 triliun), dan yang terburuk Shell asal Belanda yang rugi USD 18,4 miliar (Rp 270 triliun).
Anggota DPR asal Partai Golkar ini justru memberikan apresiasi kepada Pertamina yang tetap beroperasi dan melayani konsumen dalam negeri di tengah krisis akibat pandemi COVID-19. Menurut dia, perusahaan migas BUMN ini telah berhasil menjalankan program-programnya, baik dari sektor hulu sampai dengan pendistribusian BBM dan LPG ke pelosok Tanah Air.ADVERTISEMENT
“Pertamina telah berhasil menjalankan peran menggerakkan ekonomi secara keseluruhan dan tetap menjalankan proyek yang menyerap banyak tenaga kerja,” kata Maman.
Mengutip laporan keuangan Pertamina semester I 2020 Senin (24/8), disebutkan Pertamina rugi bersih sebesar 767,92 juta dolar AS atau sekitar Rp11,28 triliun.Kerugian tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu penurunan tajam permintaan BBM sepanjang pandemi sehingga pendapatan anjlok 19,81 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari 24,54 miliar dolar AS pada semester I tahun lalu menjadi 20,48 miliar dolar AS. Selain itu, juga pergerakan nilai tukar dolar yang cukup signifikan sehingga Pertamina mengalami kerugian kurs mencapai 211 juta dolar AS.
Sumber Asli: kumparan.com