PT PLN (Persero) mengakuisisi saham sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang yang tersebar di Sumatra dan Kalimantan. Langkah tersebut dilakukan agar pasokan batu bara sebagai sumber listrik bagi PLN terpenuhi.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan PLTU mulut tambang Jambi-1 sudah berproduksi sebesar 2,3 juta metrik ton dengan kapasitas 2×300 megawatt (MW). Sementara PLTU mulut tambang Kalselteng-3 dengan kapasitas 2×100 MW dalam tahap pembebasan dan sertifikasi lahan.
“Yang kami lakukan hanya memastikan bahwa batu bara tersedia saat dibutuhkan sehingga melengkapi supply batu bara dari supplier,” kata Zulkifli dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 25 Agustus 2020.
Kemudian sebagian saham tambang di Sumatra Selatan juga dimiliki PLN Group dan telah berproduksi 700 ribu metrik ton. Serta PLTU Meulaboh 2-4 dengan kapasitas 2×200 MW yang masih dalam tahap kajian pihak independen untuk valuasi tambang. Lalu program kerja sama tambang untuk pemanfaatan batu bara lokal yang dekat dengan PLTU Nugan Raya 1-2.
Lagi pula, kata Zulkifli, pasokan batu bara dari tambang PLN porsinya sangat kecil yakni hanya lima persen dari kebutuhan batu bara di tahun ini sebesar 109 juta metrik ton. Dengan akuisisi tambang tersebut, PLTU-PLTU yang berada di daerah terpencil bisa mendapatkan pasokan batu bara dari supplier atau produsen-produsen besar.
“Ini hanya komplementer. Kami yakin dengan begitu maka suplai yang besar tersedia dalam kontrak jangka panjang, sedangkan di daerah terpencil tetap bisa disuplai oleh tambang PLN sendiri,” jelas Zulkifli.
Lebih lanjut, PLN juga menjajaki bekas area tambang yang telah ditinggalkan untuk bisa dimanfaatkan sebagai lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)