Site icon Seputar Energi

Pengembangan EBT Terganjal Covid-19 dan Rendahnya Harga Energi Fosil

PT Pertamina (Persero) menyebut pandemi Covid-19, memengaruhi progres pengembangan energi baru dan terbarukan.

Presiden Komisaris PT Pertamina Power Indonesia Dharmawan H. Samsu menjelaskan bahwa selama masa pandemi Covid-19, ketidakpastian ekonomi menjadi tantangan untuk pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT).

Selain itu, katanya, terdapat tantangan yang bisa memperlambat pengembangan EBT pada masa pandemi Covid-19 yakni harga energi fosil yang rendah.

“Transisi energi adalah keniscayaan. Nah, yang penting ini pengembangannya bisa dikawal di Indonesia sehingga dapat mencapai tujuan yang sudah dicanangkan sebelumnya,” katanya dalam sebuah webinar, Kamis (27/2020).

Adapun, upaya Pertamina untuk menggenjot bauran EBT sesuai dengan rancangan umum energi nasional (RUEN) sebesar 23 persen pada 2025 adalah dengan membuat subholding khusus untuk lebih fokus dalam pengembangannya.

Dharmawan menuturkan bahwa terdapat lima pilar dalam agenda transisi energi di Pertamina yaitu adalah pengembangan biofuel, kilang hijau, panas bumi, tenaga surya, dan juga baterai.

“Pembentukan subholding dari pertamina salah satunya adalah power and new renwable energy. Ini menunjukkan pertamina memberikan demonstrasi langsung bahwa fokusnya ditingkatkan terhadap agenda-agenda transisi energi  terbarukan,” ungkapnya.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal Husin mengemukakan bahwa dominasi energi fosil diyakini masih akan bertahan hingga puluhan tahun ke depan.

Dalam RUEN di Indonesia energi fosil masih mendominasi sekitar 70 persen dari total bauran energi nasional, kondisi itu tidak jauh berbeda di negara-negara lain di dunia.

Hal itu menunjukkan fakta bahwa ketergantungan dengan energi fosil masih terjadi. Namun, tren dari perusahaan-perusahaan migas global cenderung mengurangi porsi bisnis energi fosil dan mulai bertransisi ke energi bersih.

Hal itu didorong dengan adanya krisis-krisis ekonomi yang mengubah perilaku masyarakat untuk kebutuhan energi sehingga perusahaan migas raksasa seperti BP mulai bertransformasi.

“Untuk di Indoensia sendiri seperti Pertamina, Medco, kita sudah lihat sudah ada divisi yang memosisikan di renewable. Kemudian pemanfaatan gas luar. Nah, itu kita lihat transformasi tersebut akan intensif lagi. Semoga ini membantu renewable membantu lebih maju dan bauran energi lebih besar,” ungkapnya