Pemerintah tengah fokus menggenjot pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Langkah tersebut dilakukan guna merealisasikan target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT), yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Melalui rencana pembangunan 5 tahunan tersebut, pemerintah menargetkan kapasitas EBT terpasang mencapai 9.050 megawatt (MW). Energi matahari diproyeksi menjadi penyumbang bauran EBT terbesar kedua, dengan porsi 2.089 MW.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Harris Yahya mengatakan, berbagai strategi telah disiapkan pemerintah guna menggenjot jumlah PLTS terpasang.
Strategi pertama ialah pengembangan PLTS berskala besar yang salah satunya bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB).
Kemudian, pemerintah juga berencana melakukan pembangunan PLTS atap secara masif, baik untuk rumah tangga, industri, maupun kantor pemerintah.
“Saat ini ada upaya untuk mencoba menshifting dari subsidi energi listrik yang selama ini diterima oleh pelanggan PLN bersubsidi, yang 450 VA, atau yang 900 VA subsidi itu sekarang kita mencoba untuk menyisihkan, atau memindahkan peruntukannya, dari subsidi menjadi PLTS rooftop,” tuturnya, dalam diskusi virtual, Rabu (16/9/2020).
Lalu, pemerintah juga memiliki strategi berupa pengembangan PLTS di area bekas tambang di berbagai daerah dengan luas total 2.700 hektare (ha) dan kapasitas pembangkit 2.300 MW.
Bukan hanya lahan bekas tambang, pemerintah juga akan melakukan pengembangan PLTS terapung dengan total kapasitas 857 MW.
Pengembangan PLTS Cold Storage juga dilakukan oleh pemerintah. Caranya melalui optimalisasi dana APBN dan kerja sama dengan Kementerian KKP yang diharapkan akan meningkatkan ekonomi wilayah berbasis EBT.
Terakhir, pemerintah juga menggalakkan PLTS Hybrid khususnya di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T), termasuk di pulau-pulau kecil Indonesia. PLTS jenis ini coba dikembangkan di kawasan Indonesia bagian timur untuk penciptaan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
“PLTS Hybrid juga dikembangkan untuk menggantikan PLTD yang banyak digunakan di kawasan terpencil,” ucap Harris.