PT TBS Energi Utama Tbk. menyatakan akan fokus melakukan ekspansi bisnis kelistrikan melalui proyek energi baru dan terbarukan atau EBT.
Corporate Secretary TBS Energi Utama Pingkan Ratna Melati mengatakan perseroan akan terus membuka opsi potensi bisnis listrik. Hal itu akan dilakukan baik secara organik dengan membangun proyek baru atau brownfield, maupun secara anorganik melalui akuisisi perusahaan atau pembangkit listrik yang sudah ada (operating assets).
“Untuk bisnis listrik ini, perseroan ke depannya akan lebih fokus untuk aset atau proyek yang renewable, seperti air, angin atau solar panel,” ujar Pingkan kepada Bisnis, Selasa (22/9/2020).
Untuk diketahui, emiten berkode saham TOBA itu belum lama ini mengumumkan perubahan nama menjadi PT TBS Energi Utama Tbk, dari sebelumnya PT Toba Bara Sejahtra Tbk.
Perubahan nama itu dilakukan dengan mempertimbangkan penyesuaian perkembangan dan arah bisnis perseroan menjadi perusahaan energi terintegrasi.
Pingkan mengaku bahwa arah pengembangan usaha itu telah dilakukan oleh perseroan sejak 2015. Kala itu, perseroan sudah berkomitmen untuk mempersiapkan landasan dan sumber daya untuk bertransformasi menjadi perusahaan energi terintegrasi.
Hal itu sebagai strategi perseroan untuk menjawab tantangan dan kondisi ekonomi global,evolusi industri batubara, dan menangkap peluang industri ketenagalistrikan.
Komitmen itu pun tercermin dari kontribusi segmen bisnis listrik terhadap pendapatan keseluruhan perseroan yang terus tumbuh setiap tahunnya.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, segmen pembangkit listrik menyumbang US$78,4 juta atau 46,91 persen dari total pendapatan TOBA sebesar US$167,1 juta pada semester I/2020.
Sementara itu, pendapatan dari penjualan batu bara US$87,5 juta dan minyak sawit US$1,2 juta. Adapun, laba bersih yang dihasilkan dari segmen pembangkit listrik mencapai US$20 juta sedangkan segmen batu bara US$9,1 juta dan minyak sawit rugi US$1 juta.
Selain itu, berdasarkan catatan Bisnis, TOBA menargetkan kontribusi pendapatan dari segmen pembangkit listrik dapat mencapai 50 persen tahun ini. Jumlah itu naik dibandingkan kontribusi tahun lalu sebesar 40 persen dan pada 2018 sebesar 9 persen.
Di sisi lain, untuk menjawab tantangan bisnis listrik yang cenderung padat modal, perseroan akan terus mempertahankan struktur permodalan yang sehat. Hal ini dilakukan untuk mengamankan akses terhadap pendanaan pada biaya yang wajar, sesuai dengan prinsip dan kebijakan perseroan.
Pingkan menjelaskan, penentuan pendanaan atas rencana ekspansi bisnis perseroan sangat tergantung dari nature atas target bisnis yang sedang dievaluasi. Dengan demikian, pendanaan setiap bisnis akan berbeda, ditentukan berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.