PT Pertamina (Persero) hingga pertengahan November 2020 telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp 30 miliar pada program Pinky Movement untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mitra binaan. Program yang akan berlangsung hingga 2023 itu bertujuan melahirkan UMKM yang berdaya saing tinggi, tangguh, dan mandiri.
Heppy Wulansari, Pjs Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan Pertamina sebagai BUMN memiliki program kemitraan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri sekaligus memberikan dampak berganda bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Pada masa pandemi Covid-19, saat usaha UMKM mengalami kemunduran, Pertamina melakukan berbagai upaya agar UMKM binaan dapat survive selama masa pandemi untuk dapat menghasilkan UMKM binaan Pertamina yang berdaya saing tinggi, tangguh, dan mandiri,” kata Heppy.
Dalam kondisi pandemi Covid-19, ada mitra binaan yang terkena imbas bagi usahanya. Namun, tidak sedikit pula UMKM mitra binaan Pertamina yang justru mendapat untung berlipat ganda di kala pandemi. Banyak UMKM yang akhirnya adaptif dengan kondisi pandemi, beberapa di antaranya memiliki usaha yang bergerak di pembuatan minuman herbal instan maupun industri kerajinan atau kain konveksi yang beralih untuk memproduksi masker, hand sanitizer, APD, dan minuman herbal.
“Bagi UMKM yang adaptif ini, penjualan produknya meningkat seiring kenaikan permintaan selama pandemi. Banyak orang mencari minuman herbal untuk meningkatkan imun tubuh serta masker kain maupun APD mencegah virus Covid-19,” ungkap Heppy.
Pinky Movement merupakan program pinjaman modal usaha, yakni kepada UMKM outlet LPG untuk mengembangkan bisnis dengan menjual LPG nonsubsidi. Bisa juga UMKM pengguna LPG subsidi yang ingin beralih menggunakan LPG nonsubsidi maupun UMKM kuliner yang ingin mengembangkan bisnis dengan memanfaatkan LPG nonsubsidi.
Program Pinky Movement telah menyasar setidaknya 2.000 outlet dan 100 usaha kecil pengguna LPG subsidi.
Menurut Heppy, program ini merupakan bagian dari investasi sosial perusahaan, atau kini dikenal sebagai Creating Shared Value.
“Pertamina menawarkan pembiayaan pinjaman murah kepada UKM yang memiliki usaha penjualan LPG atau usaha lainnya di bidang kuliner dan berniat mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan LPG nonsubsidi,” kata Heppy.
Selain memberikan modal maksimal sebesar Rp200 juta per UMKM mitra binaan, Pertamina juga memberikan pembinaan kepada UMKM binaan.
Arya Dwi Paramita, Vice President CSR and SMEPP Pertamina, mengatakan peta jalan (roadmap) pembinaan kepada mitra binaan dimulai dari kondisi tradisional UMKM, Go Modern, Go Digital, Go Online, hingga Go Global. “Kami juga memiliki delapan program unggulan UMKM naik kelas,” kata Arya.
Kedelapan program unggulan tersebut adalah Pertamina UMKM Academy; sertifikasi dan perizinan; display product SME di bandara, lobi hotel, dan rumah BUMN Pertamina; E-learning; publikasi UMKM; penjualan UMKM melalui e-commerce; Katalog Pertamina SME 1000, dan Exhibition/ virtual exhibition.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memberikan dukungan terhadap program kemitraan Pertamina yang menyasar UMKM. Namun dia mengingatkan agar program yang dijalankan tersebut harus diikuti dengan sosialisasi dan pendekatan yang intensif dengan UMKM. “Program bagus tentu kami dukung yang penting implementasinya,” kata Arifin.
Agen Perubahan
Risna Resnawaty, Pakar CSR dan Community Development Universitas Padjajaran, mengatakan Pinky Movement bukan sekadar modifikasi dari program kemitraan. Di dalamnya terdapat edukasi dan penyadaran bagi masyarakat mengenai bahan bakar gas bersubsidi supaya penyalurannya tepat sasaran. Program tersebut memiliki tujuan untuk perubahan perilaku agar masyarakat tidak menyalahgunakan subsidi pemerintah.
“Selain dapat bantuan, UMKM juga didorong sebagai “agen perubahan” agar mengajak masyarakat secara lebih luas untuk menggunakan bahan bakar gas yang sesuai dengan kondisi mereka,” kata dia.
Jika dilihat dari besarnya bantuan serta pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh perusahaan tentu akan sangat membantu UMKM untuk mengembangkan usaha dan bernafas lagi. Namun tentu tantangannya cukup berat, terutama di tengah pandemi saat angka penjualan tengah menurun. Bagi sebagian UMKM memakai bahan bakar gas yang tidak bersubsidi dapat merupakan beban baru. Apalagi pada masa ini semua orang sedang meminimalisir biaya.
“Bantuan dana untuk permodalan akan sangat membantu, namun untuk tercapainya movement ini perlu kerja keras sebab dikhawatirkan UMKM lebih mengutamakan profit dibandingkan memegang komitmen dan nilai yg menjadi salah satu tujuan Pinky Movement ini,” kata Risna.
Menurut dia, situasi masa pandemi ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi semua sektor usaha. Bantuan Pinky Movement memberikan harapan baru terutama bagi UMKM yang sempat sempoyongan kekurangan modal sebab modalnya habis dipakai konsumsi semasa lockdown.
“Agar efektif dalam penggunaan dana, perusahaan perlu merefresh keterampilan pengelolaan keuangan, produksi sampai pemasaran. Sehingga UMKM punya tanggungjawab dan semangat baru,” kata Risna.**