Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia menilai situasi pandemi Covid-19 masih akan memengaruhi pergerakan harga batu bara pada tahun ini.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan bahwa pihaknya belum bisa memproyeksikan rentang harga batu bara pada tahun ini karena tingginya pengaruh faktor eksternal di tengah kondisi pandemi Covid-19.
“Masih terlalu dini untuk memprediksi kenaikan [HBA] awal tahun ini apakah masih berlanjut pada 2021, di tengah kondisi pandemi karena faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap harga juga masih sangat dinamis,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (4/1/2021).
Menurutnya, pergerakan harga batu bara akan sangat bergantung pada pemulihan ekonomi global, terutama perekonomian dari negara-negara importir utama batu bara Indonesia, seperti China.
“Meski vaksin sudah terdistribusi, tapi tetap saja banyak negara masih waswas dengan varian mutasi baru dari virus,” katanya.
Selain itu, kebijakan Pemerintah China atas kuota impor batu bara juga masih akan membayangi pergerakan harga batu bara tahun ini.
Faktor tingginya curah hujan di negara-negara produsen batu bara, seperti Indonesia dan Australia juga akan berpengaruh terhadap pasokan batu bara di pasar yang nantinya akan berimbas kepada harga.
Adapun, komoditas batu bara mengawali 2020 dengan positif setelah harga batu bara acuan (HBA) Januari 2020 mengalami kenaikan 27,14 persen dari posisi akhir 2020.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menetapkan HBA selama perdagangan Januari 2021 berada di level US$75,84 per ton. HBA Januari 2021 ini naik US$16,19 per ton atau 27,14 persen dibandingkan dengan Desember 2020 yang berada di level US$59,65 per ton.