Pemerintah masih melihat perkembangan pasar global untuk memacu produksi siap jual (lifting) dan pemasaran gas alam cair alias liquefied natural gas (LNG).
Produksi LNG Indonesia masih bertumpu pada dua kilang, yakni Bontang dan Tangguh. Lifting LNG tahun ini diproyeksikan lebih rendah dibandingkan realisasi 2020.
Deputi Keuangan dan Monetisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Arief Setiawan Handoko membeberkan, pada tahun 2020, lifting dari Kilang LNG Bontang sebanyak 84,9 standar kargo. Dari jumlah tersebut, sebanyak 61,4 standar kargo menyasar pasar domestik dan 23,5 standar kargo untuk ekspor.
Sedangkan lifting dari Kilang LNG Tangguh tercatat sebanyak 122 standar kargo yang meliputi 21 standar kargo untuk pasar domestik dan 101 standar kargo untuk pasar ekspor. “Angka ini sedikit lebih tinggi dari proyeksi awal tahun 2020 dengan rencana lifting Bontang sebesar 84,8 standar kargo dan Tangguh 121 standar kargo,” jelas Arief, Selasa (5/1).
Adapun untuk tahun 2021, proyeksi lifting Kilang LNG Bontang sebesar 77,74 standar kargo. Dari jumlah itu, sebanyak 52,04 standar kargo diperuntukkan bagi pasar ekspor dan 18,7 standar kargo untuk pasar domestik.
Arief bilang, masih ada sisa 7 standar kargo yang belum terkontrak dan akan diprioritaskan untuk kebutuhan pasar domestik.
Sementara itu, lifting dari Kilang LNG Tangguh bisa mencapai 123 standar kargo di tahun ini. Perinciannya, 86 standar kargo untuk ekspor dan 35 standar kargo untuk domestik. “Selain itu ada 2 standar kargo volume belum terkontrak, yang akan diprioritaskan untuk pasar domestik,” kata Arief.
Dari sisi strategi pemasaran, SKK Migas masih melihat perkembangan pasar LNG global. Namun yang pasti, prioritas LNG tetap bagi kebutuhan pasar domestik. Sedangkan komposisi pasar ekspor untuk tahun tidak banyak perubahan dibandingkan tahun lalu.
Pada tahun 2020, ekspor LNG yang dilakukan langsung banyak menyasar pasar Jepang, Korea Selatan, China dan Amerika Serikat. LNG dari Kilang Bontang tetap ada yang diekspor ke Jepang meski dengan volume rendah.