Amerika Serikat berencana akan mengonsumsi lebih banyak batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik pada tahun ini. Rencana itu bakal semakin mengerek permintaan dunia dan mendorong lebih tinggi harga.
Energy Information Agency mengatakan bahwa pembangkit listrik AS akan mengonsumsi setidaknya 16 persen lebih banyak batu bara pada tahun ini dibandingkan dengan 2020.
Kemudian, AS akan meningkatkan permintaan setidaknya 3 persen lagi pada 2022.
“Selain itu, China dan India, yang jika digabungkan menyumbang hampir dua pertiga permintaan batu bara dunia, tidak berencana untuk mengurangi konsumsi batu bara untuk pembangkit listriknya dalam waktu dekat,” tulis Energy Information Agency dikutip dari Bloomberg, Rabu (17/3/2021).
Dengan demikian, AS, China, dan India yang merupakan tiga konsumen batu bara terbesar dunia akan mengerek permintaan batu bara dunia tahun ini dan semakin membantu menaikkan harga emas hitam itu ke depan.
Berdasarkan data Bloomberg pada penutupan perdagangan Selasa (16/3/2021), harga batu bara Newcastle untuk kontrak Mei 2021 di bursa ICE terkoreksi 0,7 persen ke posisi US$85,4 per ton.
Namun, sepanjang tahun berjalan 2021 harga batu bara telah naik hingga 5,56 persen dan sempat menyentuh di atas level US$90 per ton.
Adapun, peningkatan konsumsi batu bara oleh AS disebabkan oleh kenaikan harga gas alam dan sebagai salah satu proses pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.
Untuk China dan India, konsumsi yang tinggi mencerminkan bahwa saat ini terdapat peningkatan permintaan listrik yang menjadikan batu bara sebagai sumber utama pembangkit listrik meskipun mereka menambahkan kapasitas matahari dan angin dalam jumlah besar.
Di sisi lain, konsumsi batu bara yang semakin naik membuat emisi karbon AS juga semakin tinggi. Hal ini merupakan kemunduran untuk aksi iklim menjelang pembicaraan internasional tahun ini yang dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat ambisi dari komitmen Perjanjian Paris untuk mengurangi gas rumah kaca.
Di AS, perolehannya dapat merusak dorongan Presiden Joe Biden untuk menetapkan kembali AS sebagai pemimpin lingkungan dan meningkatkan tekanan terhadap Biden untuk segera menerapkan agenda iklimnya.
Sementara itu, stimulus Covid-19 yang digelontorkan oleh Biden tidak berfokus pada energi hijau.
Sejumlah pengamat kebijakan berharap RUU infrastruktur yang tertunda diharapkan mencakup rencana untuk memenuhi janji kampanye Joe Bide tentang perubahan iklim sehingga membuat AS siap untuk menyelamatkan kemajuan dalam mengurangi emisi global.
Biden mengatakan AS akan menargetkan netralitas karbon pada 2050, dan mengadakan pertemuan April yang diharapkan mencakup China dan India.