Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa akan mengembangkan energi baru terbarukan (EBT). Pengembangan akan fokus di Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai bagian dari proyek akselerasi.
Sebab, pemerintah menilai NTT memiliki potensi sumber EBT, seperti matahari, angin, serta arus laut yang besar, hingga 25 gigawatt.
Sayangnya, hingga saat ini NTT masih menjadi salah satu daerah dengan rasio elektrifikasi terendah di Indonesia, sebesar 86,81 persen.
Oleh karena itu, NTT bakal mengambil bagian dari proyek Akselerasi Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi yang bertujuan memenuhi kebutuhan energi, mencapai target bauran EBT nasional, sekaligus peningkatan rasio elektrifikasi.
“NTT memiliki potensi sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, serta arus laut yang besar, hingga 25 gigawatt. Masih terdapat banyak ruang bagi EBT untuk tumbuh secara optimal, tentunya dengan menghadirkan enabling factors lainnya,” kata Suharso dikutip dari rilis resmi, Senin (7/6).
Dia menjabarkan strategi pengembangan EBT di NTT dilaksanakan dalam tiga tahapan. Untuk jangka pendek, pengembangan EBT dimulai dengan pengganti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menjadi PLT EBT selama 3-4 tahun.
Untuk jangka menengah dapat dilakukan dalam dua tahap. Pertama dengan meningkatkan grid system ke wilayah-wilayah yang potensial secara ekonomi. Kedua, meningkatkan pemanfaatan energi non-listrik secara masif seperti bio-gas, bio-massa dan bio-solar untuk sektor rumah tangga dan transportasi.
Selain itu, juga perlu dilakukan integrasi transmisi (grid) antar pulau besar di NTT.
Untuk jangka panjang, perlu dilakukan konsolidasi proyek-proyek EBT di NTT, sehingga dapat terintegrasi ke jaringan smart NTT-Jawa dan ekspor EBT ke Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Jawa Timur.
Suharso akan memastikan pengembangan sumber daya manusia, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, serta kerangka pendanaan yang tepat untuk mendukung pelaksanaan pengembangan EBT di NTT.
Di sisi lain, dia menyebut juga dikembangkan progam EBT lain di NTT, seperti Sumba Iconic Island, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 1000 Pulau, Flores Geothermal Island, Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Larantuka, Program Biogas Rumah (BIRU), dan Koridor Interkoneksi Gigawatt Sumba-Jawa.
“Dengan karakteristik kepulauan serta kondisi ekonomi-energi saat ini, kami mendorong NTT sebagai Taman Energi Terbarukan, sejalan dengan komitmen pembangunan energi terbarukan nasional dalam RPJMN 2020-2024, PP Kebijakan Energi Nasional, Perpres Rencana Umum Energi Nasional, serta Rencana Umum Energi Daerah NTT,” jelasnya.
Suharso menambahkan Pulau Sumba memiliki potensi energi surya yang tinggi, utamanya di sebelah utara, timur, dan selatan, dengan iradiasi tertinggi sebesar 4,81-5,5 kilowatt per meter persegi.
Saat ini, sedang dikaji lokasi pengembangan tahap awal PLTS sebesar dua gigawatt dan pembangunan transmisi high-voltage, direct current (HVDC) 500 kilovolt dari Sumba ke Jawa.
Pemerintah daerah setempat menyatakan akan mempersiapkan lahan seluas 50 ribu hektare sebagai lokasi pembangunan PLTS Skala Besar di Sumba.
“Pengembangan EBT di NTT diharapkan dapat memberikan multiplier effect yang luas, baik dalam membuka lapangan kerja, membangkitkan aktivitas ekonomi wilayah, dan menarik investasi. Khususnya pada sektor pariwisata yang tengah tumbuh sangat cepat di NTT,” tegas Suharso.