Site icon Seputar Energi

Kenaikan Harga Minyak Mentah Jadi Dilema Bagi Indonesia

Kenaikan harga minyak mentah dunia yang mencapai USD72 – 74 per barel menjadi dilema bagi Indonesia. Pemerintah harus mengantisipasinya karena akan berdampak pada harga jual BBM di dalam negeri maupun defisit neraca dagang di Indonesia.

Tren kenaikan harga minyak mentah memberikan dampak positif di sisi hulu karena dapat meningkatkan nilai perekonomian produksi minyak. Namun, di sisi hilir terjadi tekanan terutama di aspek fiskal karena beban subsidi akan meningkat.

Pengamat Energi Reforminer Institute Komaidi Notonegoro meminta pemerintah tegas dalam memilih anggaran dana. Pilihannya pemerintah harus menambah atau mengurangi subsidi dengan menaikkan harga BBM.

“Kalau tidak disubsidi berilah kewenangan badan usaha pelaksana untuk menyesuaikan biaya pengadaannya sesuai dengan biaya normal saja begitu,” ujar Komaidi dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Jumat, 16 Juli 2021.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Dewan Energi Nasional Satya Widya Yudha berpendapat, kenaikan harga minyak mentah juga memperlebar defisit neraca dagang karena Indonesia lebih banyak impor dibandingkan ekspor.

“Kita pada situasi yang sangat tidak mudah dan untuk dua kebutuhan pokok itu mempengaruhi betul terhadap daya beli masyarakat kita dan kondisi masyarakat kita,” jelas Satya.

Dewan Energi Nasional juga akan tetap mengamati kondisi tersebut dan menyiapkan skenario untuk menekan defisit. Mengingat kebutuhan minyak mentah Indonesia saat ini mencapai 1,6 juta barel per hari.

Kemampuan produksi minyak Indonesia rata-rata sekitar 700 ribu barel. Sehingga masih dibutuhkan sekitar 900 ribu barel per hari. Pemerintah bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berupaya meningkatkan produksi minyak hingga 1 juta barel per hari.