Subholding Bikin Pengembangan EBT Pertamina Lebih Gesit

0
740

Dibentuknya subholding power & new renewable energy (PNRE) Pertamina pada awal Agustus disebut memberikan dampak signifikan terhadap pengembangan energi baru dan terbarukan oleh perusahaan pelat merah itu.

Chief Executive Officer PNRE Dannif Danusaputro mengatakan bahwa restrukturisasi tersebut memberikan empat manfaat langsung bagi perusahaan.

Pertama, meningkatnya peluang untuk menjalin kemitraan untuk mempercepat pengembangan kapabilitas badan usaha milik negara (BUMN) di bisnis energi baru dan terbarukan (EBT).

Dannif menuturkan, manfaat keduaadalah memperoleh fleksibilitas dalam mencari alternatif pendanaan yang kompetitif, seperti green financinggreen bond, termasuk melakukan unlock valueperusahaan melalui skema initial public offering(IPO).

Ketiga, pembentukan subholdingmemberikan percepatan pengembangan portofolio bisnis EBT Pertamina dengan penjajakan kepada bisnis hidrogen, ekosistem kendaraan listrik, dan bisnis lainnya.

Keempat, adanya potensi sinergi pemanfaatan talentyang telah berpengalaman dalam pengembangan proyek dan program pemeliharaan pembangkit listrik panas bumi pada pembangkit listrik lainnya di subholdingPNRE.

Dannif menambahkan bahwa subholdingPNRE berkomitmen penuh mendukung target Pertamina menurunkan emisi karbon sebesar 30 persen pada 2030 dengan mengedepankan aspek environmentsocial, and governance(ESG) dalam praktik bisnisnya.

“Dengan transformasi ini, subholdingPNRE menjadi lebih fokus dengan amanah mengawal transisi energi, mewujudkan visi sebagai Indonesia Green Energy Champion, mencapai aspirasi kapasitas terpasang sebesar 10 GW pada 2026, serta mendukung visi Pertamina menuju global green energy company,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (13/9/2021).

Dannif memaparkan, PT Pertamina Power Indonesia (PPI) sebagai subholdingPNRE adalah salah satu anak usaha Pertamina yang paling muda usianya.

Didirikan pada 2016, awalnya PPI adalah sebuah project companydengan proyek utama Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1.

Pada 2020, ketika Pertamina mengawali proses restrukturisasi, PPI diamanatkan untuk menjadi subholdingPNRE, yaitu subholdingyang fokus pada bisnis energi bersih sebagai masa depan bisnis Pertamina.

Sebagai subholdingPNRE, PPI membawahi Pertamina Geothermal Energy (PGE) sebagai anak usaha, serta PT Jawa Satu Power (JSP) dan PT Jawa Satu Regas (JSR) sebagai perusahaan afiliasi.

PGE sendiri akan fokus mengelola bisnis panas bumi, sedangkan JSP dan JSR fokus pada proyek PLTGU Jawa-1.

Selain itu, subholdingPNRE juga memiliki portofolio pengembangan EBT lainnya, antara lain tenaga surya, biomassa, hidrogen, baterai untuk EV dan storage, serta teknologi carbon capture utilization and storage(CCUS).

Sepanjang semester I/2020, subholdingPNRE secara konsolidasi membukukan laba bersih sebesar US$56,8 juta. Pendapatan, EBITDA, dan laba bersih subholdingPNRE masing-masing mencapai 101 persen, 117 persen, dan 152 persen terhadap RKAP.

Pada kinerja operasional, produksi listrik subholdingPNRE jugua telah mencapai 2.324 GWh.

Untuk mencapai target 17 persen energi bersih dalam portofolio bisnis Pertamina, subholdingPNRE memiliki aspirasi untuk mencapai kapasitas 10 GW energi bersih pada tahun 2026, terdiri dari 6 GW gas to power, 3 GW energi terbarukan termasuk panas bumi, serta 1 GW energi baru.

“Pembentukan holdingdan subholdingdi tubuh Pertamina bertujuan agar perseroan lebih adaptif terhadap lingkungan bisnis yang semakin dinamis. Aspirasi Kementerian BUMN selaku pemegang saham salah satunya adalah Pertamina menjadi pemimpin transisi energi di Indonesia untuk menekan laju perubahan iklim melalui dekarbonisasi,” jelasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here