Pertamina Raup Keuntungan Rp 116,53 Triliun Selama 3 Tahun

0
1040
Pertamina

PT Pertamina (Persero) membukukan laba bersih senilai US$2,05 miliar, atau setara Rp 29,3 triliun di sepanjang 2021. Sebelumnya keuntungan Rp 87,23 triliun dalam kurun waktu 2018 hingga 2020.

TRIBUN-MEDAN.COM – PT Pertamina (Persero) terus menggenjot produktivitas minyak dan gas bumi atau migas dengan memacu kegiatan usaha di sektor hulu.

Optimalisasi dilakukan mengingat era keemasan migas bakal beralih ke era energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

Hal itu juga guna meningkatkan profit di tengah berbagai tantangan yang ada, termasuk situasi geopolitik dunia.

Di tengah tantangan yang ada, berdasarkan rapat umum pemegang saham, Rabu (8/6/2022) pagi, Pertamina membukukan laba bersih Rp 29,3 triliun pada 2021.

Hal itu disampaikan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dalam ”Gathering Pemimpin Redaksi Media Bersama Direksi Pertamina” di Graha Pertamina, Jakarta, Rabu (8/6/2022) malam, dikutip dari Kompas.Id.

Nicke Widyawati mengatakan, bisnis Pertamina saat ini masih didominasi energi fosil. Hal itu mesti dilakukan guna menjaga keandalan dan kemandirian energi nasional hingga mencapai kedaulatan energi.

“Alhamdulillah di RUPS tadi pagi kita membukukan profit yang hampir dua kali lipat dari tahun lalu. Kita mencatat Rp 29,3 triliun keuntungan bersih kita. Tahun lalu kan Rp 15 triliun,” jelas Nicke.

Selain keuntungan bersih, Pertamina di tahun lalu juga membukukan pendapatan (revenue) yang juga meningkat tajam 39 persen, dari US$41,47 miliar menjadi US$57,51 miliar.

Iklan untuk Anda: Seorang ibu rumah tangga ditelan ular piton raksasa

Advertisement by

Kemudian, Pertamina juga memperoleh pendapatan sebelum bunga, pajak, Depresiasi dan amortisasi (EBITDA) sebesar US$9,45 miliar. Itu meningkat 19 persen dari US$ 7,95 miliar pada 2021.

Nicke memaparkan, kinerja positif tersebut bisa diraup berkat program efisiensi besar-besaran yang dilakukan Pertamina pada 2021 lalu.

“Untuk bisa survive kuncinya satu, efisien. Dan bukan hanya efisiensi saja, kita punya program cost optimization. Jadi ini lah hasil kerja keras kita di tengah-tengah kondisi yang sangat sulit di tahun 2021,” ungkapnya.

Sebelumnya, PT Pertamina juga meraup keuntungan 6,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 87,23 triliun (kurs Rp 14.300 per dollar AS) dalam kurun waktu 2018 hingga 2020.

Dikutip dari Kompas.com, VP Corporate Communcation Pertamina Fajriyah Usman menyebutkan, pencapaian itu berkat konsistensi Pertamina mengoperasikan seluruh aktivitas produksinya dari hulu ke hilir, serta menggerakkan seluruh mitra bisnis pada ekosistem bisnis proses Pertamina dan sektor energi Indonesia.

Pada 2018-2019, Pertamina meraup untung 2,5 miliar dollar AS. “Di tahun 2020 Pertamina menghadapi triple shock sebagai imbas dari pandemi. Meski demikian, Pertamina berhasil mencatat keuntungan sebesar 1,1 miliar dollar AS,” ujar Fajriyah dalam siaran pers, Rabu (2/2/2022) lalu.

Selain itu  sebut dia, Pertamina juga melunasi 3 utang total 549 juta dollar AS pada 2020.  Kemudian 2021, melakukan pembayaran utang obligasi sebesar 391 juta dollar AS.

“Jadi tidak benar adanya asumsi bahwa Pertamina tidak bisa membayar kewajiban. Saat ini, Pertamina merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang sehat, produktif dan efisien di tengah terpaan pandemi Covid-19,” katanya.

Ia pun menambahkan, Pertamina mendapatkan pengakuan dari tiga lembaga pemeringkat utang internasional yang menunjukkan bahwa Pertamina mampu mengelola keuangan dan investasi secara kehati-hatian (prudent) sehingga termasuk dalam kategori perusahaan sehat.

Sehingga lembaga pemeringkat internasional yaitu Moody’s, S&P dan Fitch menetapkan Pertamina pada peringkat investment grade masing-masing pada level baa2, BBB, dan BBB. “Ini menunjukkan kredibilitas dan kepercayaan investor kepada Pertamina yang semakin meningkat dari waktu ke waktu,” kata Fajriyah.

Dengan kinerja keuangan tersebut, Pertamina berkontribusi pada pendapatan pemerintah hampir Rp 200 triliun pada 2020 yang berasal dari setoran pajak, dividen, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta penerimaan negara dari minyak mentah dan kondesat bagian negara (MMKBN) dari blok-blok migas Pertamina.

Sementara itu, terkait dengan proyek pembangunan kilang, sejak 2018 Pertamina sudah gencar mengebut proyek kilang yang ada dengan perhitungan yang akurat dan cermat. Di antaranya proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balongan yang akan memberikan tambahan kapasitas produksi sebanyak 150.000 barel per hari di April 2022.

Sementara itu, proyek kilang RDMP Balikpapan nantinya dapat menekan defisit neraca migas hingga 2,65 miliar dollar AS per tahun. Menurutnya, karena kilang sudah bisa menghasilkan produk bernilai jual tinggi seperti gasoline (Pertamax Turbo, Pertamax, Pertalite) dengan kualitas Euro 5 dan propilena, produk petrokimia yang kebutuhannya masih sangat tinggi. Pertamina optimis keseluruhan proyek RDMP Balikpapan selesai pada 2024.

Di tahun 2020, Pertamina juga telah melakukan alih kelola Blok Rokan melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Dari Agustus hingga Desember 2021 pasca alih kelola, PHR WK Rokan berhasil mengebor 90 sumur tajak dan menaikkan tingkat produksi dari WK migas terbesar kedua di tanah air itu.

Dari sisi produksi, PHR WK Rokan mampu mencapai tingkat produksi sekitar 162.000 barel minyak per hari (BPOD) atau naik 4.000 BOPD dibandingkan sebelum alih kelola yang berada di kisaran 158.000 BOPD. Produksi PHR WK Rokan menyumbangkan sekitar 25 persen dari total jumlah produksi minyak nasional.

Hal inilah pencapaian target produksi nasional minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (bscfd) pada 2030 diharapkan terwujud. Dalam periode dua bulan pertama pasca alih kelola, PHR WK Rokan juga menyumbangkan penerimaan negara melalui penjualan minyak mentah bagian negara sekitar Rp 2,1 triliun dan pembayaran pajak sekitar Rp 607,5 miliar termasuk pajak-pajak ke daerah.

Sumber asli: tribunnews.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here