Site icon Seputar Energi

Berhasil Tekan Emisi Karbon 29 Persen, Rating ESG Pertamina Alami Kenaikan

Nicke Widyawati

PT Pertamina (Persero) berhasil memperbaiki rating dalam kaitannya dengan implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG).

Kenaikan tersebut menjadi indikator bahwa perseroan berhasil menurunkan emisi karbon. Rating ESG sendiri merupakan sebuah indikator untuk mengukur keberlanjutan dan dampak etis dari hasil investasi dalam bisnis atau perusahaan.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menuturkan, pada tahun ini rating ESG menjadi 25,8 jika dibandingkan dengan tahun lalu di posisi 28,1 atau tingkat risiko medium.

“Alhamdulillah ESG Rating Pertamina meningkat, dan ini menjadi salah satu kado ulang tahun Pertamina ke-65. Ranking Pertamina di industri Oil & Gas global meningkat dari ranking 15 tahun lalu menjadi ranking 8 di tahun ini. Bahkan pada kategori Integrated Oil & Gas, kami berada di rangking 2 secara global,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (17/10/2022).

Nicke menuturkan bahwa sejauh ini Pertamina telah berhasil menurunkan 29 persen emisi karbon yang dihasilkan oleh grup. Hal tersebut merupakan sebuah pencapaian dari kerja keras yang dilakukan oleh tim.

Sementara itu, Kementerian BUMN mengembangkan 5 inisiatif strategis untuk mendorong BUMN membangun portofolio dan ekosistem dalam rangka mendukung dekarbonisasi dan mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060. Wakil Menteri BUMN I, Pahala N.

Mansyuri dalam Panel III SOE International Conference menjelaskan salah satu fokus besar Kementerian BUMN adalah mendorong BUMN agar tidak hanya memberikan nilai dan dampak positif bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga berinovasi dan mengubah model bisnisnya.

“Jadi kami melihat perubahan dekarbonisasi sebagai peluang bagi BUMN Indonesia. Karena kami melihat itu sebagai peluang untuk benar-benar meningkatkan ketahanan energi dan kemandirian energi kita,” ucap Pahala dalam keterangan resminya.

Dalam konferensi yang mengangkat tema “Energy Transition and Green Development for Sustainable Growth”, Pahala menguraikan dalam jangka pendek perubahan akan mengalami percepatan sebagai dampak krisis Rusia-Ukraina.

Namun Kementerian BUMN melihat pada tren jangka menengah, dengan menawarkan 5 inisiatif utama.

Pertama, membentuk ekosistem pasar karbon antar BUMN untuk mempercepat agenda dekarbonisasi dan menetapkan role model bagi pembentukan pasar karbon nasional serta menjalankan Nature Base Solution (NBS).

Kedua, mengembangkan kapasitas EBT, antara lain Geothermal, Biomassa, Biofuel, dan lainnya. Ketiga, membangun ekosistem EV untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak, mengurangi impor dan subsidi bahan bakar.

Keempat, mekanisme transisi energi melalui upaya mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga batubara. Kelima, mengembangkan klaster industri hijau.

“Di lingkungan Kementerian BUMN, sejak tahun lalu, kita sudah menetapkan bahwa setiap tahun harus memiliki KPI.

Setidaknya telah ditetapkan apa yang akan menjadi target pengurangan emisi. Yang kedua apa yang harus dilakukan dan apa inisiatifnya untuk membangun peluang bisnis,”ujarnya.

Sumber asli: Kompas.com