Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan PT Pertamina (Persero) berhasil mencatatkan efisiensi hingga US$ 1,97 miliar atau sekitar Rp 30,71 triliun (asumsi kurs Rp 15.592 per US$).
Angka tersebut merupakan akumulasi dari efisiensi sejak 2020 hingga 2022. Dengan rincian, sebesar US$ 1,3 miliar efisiensi sepanjang 2020-2021 dan US$ 670 juta hingga November 2022.
“Pertamina sendiri, keuntungan yang didapatkan Pertamina gak semata-semata dari jualan BBM. Harus ada efisiensi, ada efisiensi US$ 1,3 miliar 2020-2021, 2022 US$ 670 juta,” ungkap Erick saat melakukan peninjauan di SPBU Pertamina 31.128.02 Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan, Selasa (03/01/2023).
Oleh sebab itu, menurut Erick, pembentukan holding dan sub-holding dari Pertamina Grup tidak lain untuk memetakan seluruh ongkos operasional perusahaan. Misalnya yang terjadi di kilang, dari yang sebelumnya diketahui merugi, saat ini justru mencatatkan keuntungan.
Di samping itu, Kementeriannya juga tengah mengupayakan agar bahan bakar yang digunakan kapal Pertamina dapat menggunakan sumber energi bersih. Salah satunya dengan mengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi hidrogen biru (blue hydrogen).
“Artinya, mesin yang di dalam kapal akan diubah seperti hari ini ada mobil dan motor listrik, tapi industri mobil pakai mesin apakah berhenti? belum tentu, akan bersaing di pasaran. Mungkin nanti bensin jadi etanol, jadi B35, itu Pertamina akan beradaptasi,” kata Erick.
Ke depan, Erick juga akan memastikan bahwa harga jual BBM Pertamina akan sama dengan yang dijual badan usaha penyalur di dalam negeri. Bahkan, ia optimistis harga jual BBM non subsidi Pertamina dapat lebih rendah dibandingkan badan usaha lainnya.
“Tidak sekonyong-konyong Pertamax, Pertamina untung sekian persen, tadi yang Solar subsidi Rp 6.500. Ada keuntungan rugi disilang terjadi efisiensi menyeluruh, kalau dulu PLN sama, utangnya Rp 500 triliun, kita potong capex 50 persen saya tantang, terjadi 30 persen, utang sekarang di Rp 406 triliun ada percepatan sampai Rp 90 triliun lebih. Ini kita lakukan di Pertamina ada efisiensi, makanya efisiensi dulu tidak business as usual,” tuturnya.
Seperti diketahui, Erick baru saja mengumumkan penyesuaian harga jual produk Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi atau jenis bahan bakar umum (JBU) milik PT Pertamina (Persero).
Adapun untuk produk jenis gasoline (bensin), Pertamax (RON 92) disesuaikan menjadi Rp 12.800 per liter atau turun Rp 1.100 dari sebelumnya Rp 13.900 per liter.
Kemudian, Pertamax Turbo (RON 98) turun harga dari Rp 15.200 per liter menjadi Rp 14.050 per liter.
Sementara untuk produk jenis gasoil (diesel) yakni Dexlite (CN 51), harganya turun menjadi Rp 16.150 per liter dari sebelumnya Rp 18.300 per liter.
Sedangkan Pertamina Dex (CN 53) mengalami penyesuaian harga menjadi Rp 16.750 per liter dari sebelumnya Rp 18.800 per liter.
Harga baru ini berlaku untuk provinsi dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) sebesar 5 persen seperti di wilayah DKI Jakarta.
Penurunan harga berlaku efektif mulai Selasa, 3 Januari 2023 pukul 14.00 WIB.
Sumber asli: cnbcindonesia.com