Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), As Natio Lasman, menegaskan bahwa baterai memiliki peran penting dalam transisi energi di Indonesia. As Natio menekankan bahwa pada tahun 2040 tidak akan ada penjualan kendaraan roda empat dengan bahan bakar minyak (BBM), dan pada tahun 2050 tidak akan ada lagi kendaraan roda dua yang menggunakan BBM.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh As Natio dalam rapat koordinasi untuk akselerasi pengembangan ekosistem industri baterai nasional untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, serta rencana kerja penyusunan rekomendasi kebijakan pengembangan ekosistem battery energy storage system (BESS) yang diselenggarakan di Gedung Hiswana Migas, Cirebon, pada Jumat (9/6/2023).
Rakor tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Direktorat Jenderal Pajak (DJK) Kementerian Keuangan, Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE Kementerian ESDM, Pertamina Patra Niaga Cirebon, serta Tim Kesetjenan DEN.
As Natio menyampaikan bahwa terdapat peluang bagi para peneliti dan praktisi untuk mengembangkan baterai kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KLBB) dan BESS dengan teknologi dalam negeri. Ia menyoroti pentingnya mengantisipasi konsekuensi impor komponen baterai, seperti pemberlakuan pajak, agar keunggulan sumber daya manusia dan keilmuan Indonesia tidak terabaikan.
Penelitian ini membutuhkan komitmen dan kebijakan pendukung, serta perencanaan ke depan yang dapat memudahkan para peneliti dan mendorong hasil riset mereka. Dalam rapat tersebut, beberapa kesimpulan dihasilkan untuk mengikuti formulasi rekomendasi kebijakan dalam mempercepat pengembangan ekosistem baterai nasional untuk KLBB dan BESS. As Natio menyatakan, “Ke depan, penggunaan baterai dalam sektor energi dan transportasi akan menjadi sangat penting. Kita perlu memperhatikan bagaimana mengelola limbah baterai dengan baik melalui praktik daur ulang.”
Perwakilan dari BRIN, Sudaryanto, menjelaskan bahwa draf rekomendasi dalam rapat sudah mencakup semua aspek yang relevan. Namun, dalam tahap perkembangan ekosistem baterai, masih ada tantangan terkait penanganan limbah dari KLBB yang belum diselesaikan dengan baik.
Sementara itu, perwakilan dari Balai Besar Survei dan Pengujian KEBTKE Kementerian ESDM, Selamet, berharap agar pengolahan mineral aktif untuk baterai dapat dikembangkan di dalam negeri. Selain itu, dibutuhkan industri kimia yang mampu mengelola limbah baterai dengan efisien.
Dengan adanya
rapat koordinasi ini, diharapkan langkah-langkah strategis dapat diambil untuk mempercepat pengembangan ekosistem baterai nasional. Hal ini akan mendukung upaya Indonesia dalam menghadapi tantangan transisi energi menuju kendaraan listrik dan memastikan pengelolaan limbah baterai yang bertanggung jawab.