Imbas Perang Rusia-Ukraina Terhadap Proyek Migas di Indonesia

0
308

Perkembangan proyek-proyek migas yang melibatkan Rusia mengalami gangguan imbas akibat eskalasi perang antara Rusia dan Ukraina yang terjadi sejak awal tahun 2022. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui adanya dampak tersebut. Menteri ESDM, Arifin Tasrif, menjelaskan bahwa meskipun proyek-proyek tersebut terganggu, kehadiran Rusia masih tetap ada. Pertanyaannya adalah bagaimana menentukan pihak yang akan melanjutkan proyek tersebut. Menteri ESDM juga menekankan pentingnya sikap realistis dan terbuka terhadap kemungkinan baiknya hubungan di masa depan. Terkadang, meskipun terjadi perselisihan, tetapi kemudian menjadi teman juga memiliki nilai keunikan tersendiri.

Salah satu proyek migas yang terdampak oleh perang Rusia-Ukraina adalah proyek Blok Tuna. Dalam catatan sebelumnya, diketahui bahwa pengembangan Blok Tuna yang terletak di Pulau Natuna belum dapat dilanjutkan. Premier Oil Tuna BV, sebagai anak usaha Harbour Energy Group yang bertindak sebagai operator, terkena sanksi dari Uni Eropa dan Inggris karena menjalin kerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rusia, Zarubezhneft. Sanksi tersebut merupakan respons terhadap invasi Rusia ke Ukraina sejak awal tahun lalu.

Melalui anak usahanya, ZN Asia Ltd, BUMN Rusia Zarubezhneft memiliki 50% hak partisipasi dalam proyek Lapangan Tuna, sementara Harbour Energy memiliki 50% sisanya. Dalam laporan tahunan 2022 Harbour Energy, setelah Pemerintah Indonesia menyetujui rencana pengembangan lapangan Tuna pada bulan Desember sebelumnya, kemajuan proyek ini belum dapat dilaporkan. Manajemen Harbour Energy menyatakan bahwa kemajuan lebih lanjut terkendala oleh sanksi Uni Eropa dan Inggris yang membatasi kemampuan perusahaan sebagai operator untuk menyediakan layanan tertentu kepada mitra Rusia dalam lisensi Tuna.

Dalam laporan tahunan tersebut, Harbour Energy menyampaikan bahwa mereka sedang bekerja dengan mitra mereka untuk mencari solusi yang memungkinkan proyek ini dapat dilanjutkan pada tahun 2023. Menteri ESDM berharap rencana pengembangan, yang dikenal sebagai plan of development (PoD) di Wilayah Kerja (WK) Tuna, dapat segera berjalan. Arifin mengatakan bahwa dalam kasus Blok Tuna, pihak Harbour Energy sedang mencari alternatif lain dan sementara menunggu proses pengalihan, mereka juga harus memperoleh izin terlebih dahulu sebelum melanjutkan kegiatan tersebut.

Meskipun proyek-proyek migas yang melibatkan Rusia mengalami gangguan akibat perang Rusia-Ukraina, upaya sedang dilakukan untuk menemukan solusi yang

memungkinkan proyek-proyek tersebut dapat berjalan kembali. Kementerian ESDM dan pihak terkait berharap agar pengembangan proyek Blok Tuna dan proyek migas lainnya yang terdampak dapat dilanjutkan secepat mungkin, dengan mempertimbangkan aspek hukum dan persetujuan yang diperlukan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here