Pemerintah Didesak untuk Perkuat Persiapan Pasokan Energi di Masa Depan

0
420

Sejumlah ahli energi kembali mendesak pemerintah Indonesia untuk lebih proaktif dalam mempersiapkan kebutuhan pasokan energi di masa depan. Menurut perkiraan, kebutuhan listrik Indonesia dapat meningkat hingga 10 kali lipat pada tahun 2060. Yudiandra Yuwono, Penasihat Transisi Energi dari Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Indonesia dan Periset Utama Long Term Energy Scenario, menjelaskan bahwa dengan pertumbuhan kebutuhan listrik yang tinggi dan kewajiban melakukan transisi energi, teknologi penyimpanan energi akan menjadi semakin penting.

“Untuk mencapai target emisi net-zero pada tahun 2060 dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil, teknologi baterai dan pompa penyimpanan akan memainkan peran penting dalam transformasi sektor energi,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Kamis (28/6).

Analisis Skenario Energi Jangka Panjang (Long-Term Energy Scenario/LTES) memberikan rekomendasi bahwa pada tahun 2050, teknologi penyimpanan energi akan menyumbang 10% dari total kapasitas pembangkitan energi. Diperkirakan bahwa teknologi penyimpanan energi akan mengalami perkembangan yang cepat dalam dekade mendatang, dan penting bagi Indonesia untuk mengikuti perkembangan teknologi dengan cepat serta mengatasi tantangan yang ada. Beberapa upaya yang harus dilakukan antara lain meningkatkan kapabilitas sektor industri dalam mengintegrasikan teknologi pada jaringan ketenagalistrikan yang terkoneksi.

Yuwono juga menyoroti kebutuhan untuk meningkatkan interkonektivitas jaringan antar pulau di Indonesia, terutama antara Pulau Jawa dan pulau-pulau besar lainnya. Langkah ini dianggap penting sebagai persiapan untuk masa depan. Dengan adanya interkonektivitas tersebut, potensi energi terbarukan Indonesia dapat dimanfaatkan secara maksimal. Strategi ini akan memperkuat keandalan dan keamanan sistem jaringan ketenagalistrikan serta meningkatkan efisiensi dalam proses distribusi energi.

Agus Tampubolon, Manajer Program CASE Indonesia, menyatakan bahwa penggunaan teknologi interkoneksi jaringan dan penyimpanan energi sangat penting bagi Indonesia, terutama sebagai investasi jangka panjang. “Teknologi ini tidak dipandang sebagai beban dalam pilihan Indonesia untuk bertransisi menuju energi terbarukan,” ujarnya. Teknologi interkoneksi dan penyimpanan energi dapat meningkatkan ketersediaan energi dan keandalan sistem ketenagalistrikan.

Di sisi lain, dengan semakin terjangkaunya teknologi penyimpanan energi dan adanya interkoneksi antar pulau, biaya pembangkitan listrik dari sumber energi terbarukan akan semakin murah. Hal ini akan mendorong penggunaan energi terbarukan yang lebih luas dan berkelanjutan.

Deni Gumilang, Penasehat Senior/Pemimpin Tim Clean, Affordable and Secure Energy for Southeast Asia (CASE), Program Energi GIZ Indonesia, menjelaskan peran Program CASE dan kontribusinya dalam mengubah narasi transisi energi di Indonesia melalui advokasi berbasis bukti. Beberapa topik utama yang ditekankan oleh Program CASE meliputi peningkatan penggunaan energi terbarukan dan efisiensi energi, dekarbonisasi sistem ketenagalistrikan, pembiayaan energi berkelanjutan, pemodelan energi, dan aspek-aspek komunikasi.

Saat ini, Program CASE sedang mengembangkan pemodelan Long Term Energy Scenario yang didasarkan pada tren energi dan model emisi net-zero. Pemodelan ini akan mendukung penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

Dengan tuntutan terhadap pemerintah untuk mempersiapkan pasokan energi di masa depan, diharapkan langkah-langkah yang diperlukan akan segera diambil untuk menghadapi tantangan energi yang semakin kompleks. Melalui investasi yang tepat pada teknologi penyimpanan energi dan peningkatan interkonektivitas jaringan ketenagalistrikan, Indonesia dapat menghadapi masa depan dengan energi yang lebih berkelanjutan dan terjangkau.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here