seputarenergi.com – PT Pertamina (Persero) telah menggandeng masyarakat untuk meningkatkan perekonomian daerah dengan mengimplementasikan ESG (Environmental, Social, and Governance). Salah satu program yang dilakukan adalah Pertamina Desa Wisata, yang bertujuan untuk mendorong peningkatan keahlian dan kapasitas masyarakat dalam mengelola pariwisata berkelanjutan di wilayah mereka.
Pertamina Desa Wisata merupakan salah satu kegiatan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) dari Pertamina, yang fokus pada pilar lingkungan dan ekonomi. Program ini juga merupakan bagian dari upaya Pertamina dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 8 (Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), 11 (Kota dan pemukiman berkelanjutan), dan 15 (Ekosistem dataran).
“Seiring dengan pertumbuhan populasi masyarakat yang terus meningkat, kami melihat ini sebagai peluang untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini mendorong Pertamina untuk memberdayakan masyarakat lokal, sehingga tercapai kemandirian ekonomi dan energi yang berkelanjutan di lingkungan masyarakat,” jelas Fadjar Djoko Santoso, VP Corporate Communication Pertamina.
Fadjar menambahkan bahwa di Kecamatan Plaju, Palembang, Sumatera Selatan, Pertamina telah mewujudkan Pertamina Desa Wisata melalui Kampung Pangan Inovatif yang diinisiasi oleh Subholding Refining & Petrokimia Pertamina, yaitu PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju. Kampung Pangan Inovatif ini memiliki empat program utama, yaitu mitigasi bencana kampung perkotaan berbasis masyarakat, pengolahan limbah industri tempe, penataan kawasan kampung perkotaan, dan peningkatan keterampilan melalui olahan pangan kreatif.
Melalui Kampung Pangan Inovatif, Pertamina berhasil mengurangi kadar pencemaran air sebesar 41.378,4 kilogram chemical oxygen demand (COD) per tahun dan 1.023,8 kilogram biological oxygen demand (BOD) per tahun dari delapan rumah industri tempe penerima manfaat. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah mengolah limbah industri tempe menjadi pakan maggot, menggunakan teknologi Solar Cell dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang mandiri secara energi, serta memproduksi pupuk organik cair, dan melakukan budidaya ikan dan sayuran dalam ember (BIKASEM).
Pertamina juga aktif dalam pengembangan berbagai olahan tempe, olahan Tanaman Obat Keluarga (TOGA), dan inovasi alat masak tempe yang lebih higienis dan efisien. Kegiatan ini telah menghasilkan peningkatan dalam produk olahan serta meningkatkan pendapatan sebesar Rp68.025.000 bagi 126 orang penerima manfaat.
Secara keseluruhan, program ini telah berhasil meningkatkan kesejahteraan 330 kepala keluarga penerima manfaat dengan adanya penurunan pencemaran air, penghematan penggunaan air tanah hingga 73.000 liter per tahun, penurunan emisi IPAL Komunal (Solar Cell) sebesar 0,268056 ton CO2, serta peningkatan pendapatan kelompok pengrajin tempe sebesar Rp54.000.000 per tahun.
Salah satu penerima manfaat, Muhammad Junaidi Loca, yang merupakan salah satu pahlawan dari Kampung Pangan Inovatif Plaju Ulu, mengungkapkan bahwa program Kampung Pangan Inovatif telah mendukung kesejahteraannya dan masyarakat sekitar.
“Sebelumnya, polusi limbah tempe sangat mengganggu dan menyebabkan ketidakharmonisan antara pengrajin dan non pengrajin. Selain itu, tempe juga bersaing dengan makanan siap saji, terutama yang berasal dari luar negeri. Dengan adanya program Kampung Pangan Inovatif ini, nilai tempe meningkat sehingga lebih diterima oleh masyarakat. Kami berharap ke depannya tempe dapat bersaing dengan makanan lainnya dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ucap Junaidi.
Pertamina sebagai pemimpin dalam transisi energi, berkomitmen untuk mendukung target Net Zero Emission pada tahun 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Seluruh upaya ini sejalan dengan penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.