seputarenergi – Pada tanggal 6 Juli 2023, Pertamina turut menghadiri konferensi dan menjadi salah satu panelis dalam acara perayaan 20 tahun berdirinya Chartered Financial Analyst (CFA) Society Indonesia, yang digelar di Le Meridien Hotel Jakarta.
CFA Society Indonesia merupakan organisasi profesional nirlaba global yang memberikan pendidikan keuangan kepada para profesional investasi. Lembaga ini bertujuan untuk mempromosikan standar etika, pendidikan, dan keunggulan profesional dalam industri layanan investasi global.
Ketua CFA Society Indonesia yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN 1, Pahala N. Mansury, mengungkapkan bahwa konferensi ini mengusung tema “Indonesia’s Transition towards Net Zero” (Transisi Indonesia menuju Emisi Bersih). Tema ini dipilih karena Indonesia sedang mengalami masa transisi dalam mencapai target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29% tanpa syarat dan 41% dengan syarat. Selain itu, Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai Emisi Net Zero paling lambat pada tahun 2060.
“Saat ini, transisi Indonesia menuju Emisi Bersih menjadi topik yang sedang hangat karena kita memiliki ambisi untuk mencapai pengurangan emisi sebesar 32% pada tahun 2030. Sektor yang paling berpengaruh dalam mencapai target ini adalah sektor keuangan, di mana kita perlu mencari cara kreatif melalui sistem keuangan yang lebih baik. Topik lain yang akan dibahas adalah bagaimana Indonesia mengembangkan pasar karbon,” ujar Pahala.
Pahala berharap agar sektor publik dan swasta dapat bekerja sama dalam mencapai Emisi Bersih untuk Indonesia. CFA Society Indonesia memiliki peran sebagai advokasi yang memberikan masukan untuk mendorong kebijakan dan menerapkan praktik yang diharapkan.
“Target utama dalam seminar ini adalah untuk mensosialisasikan dan meningkatkan distribusi emiten dan dana yang terkait dengan pengungkapan informasi terkait ESG (Environmental, Social, and Governance),” katanya.
Wakil Menteri Kementerian Lingkungan Hidup, Alue Dahong, menyatakan bahwa sektor energi menjadi kontributor terbesar dalam emisi karbon. Untuk mencapai Emisi Bersih pada tahun 2060, diperlukan penurunan emisi melalui efisiensi energi dan transformasi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.
“Ada kesalahpahaman bahwa emisi hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun sebenarnya emisi dan target pengurangan emisi dilakukan di semua sektor, termasuk sektor energi. Penurunan emisi ini harus dilakukan oleh pemerintah dan mitra kerja,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), Dannif Danusaputro, menjelaskan bagaimana Pertamina terus bergerak maju dalam transisi energi sambil tetap memastikan ketahanan energi bagi Indonesia dengan aspirasi mencapai Emisi Bersih pada tahun 2060.
“Pertamina memiliki dua inisiatif untuk mencapai Emisi Bersih, yaitu dekarbonisasi bisnis dan membangun bisnis baru. Inisiatif dekarbonisasi meliputi efisiensi energi, pembangkit listrik berbasis energi hijau, penggunaan kendaraan listrik, CCS/CCUS internal, dan bahan bakar rendah emisi. Inisiatif yang kedua adalah membangun bisnis baru meliputi pengembangan energi terbarukan, pengisian daya kendaraan listrik, solusi berbasis alam, pengembangan hidrogen biru/hijau, pembangunan ekosistem baterai dan kendaraan listrik, biofuel, CCS/CCUS terintegrasi, dan bisnis pasar karbon,” ujarnya.
Pertamina NRE memiliki tiga pilar strategis, yaitu solusi karbon rendah seperti gas to power, dekarbonisasi melalui konservasi energi dan solusi berbasis alam, serta pengembangan energi terbarukan seperti energi panas bumi, energi surya, biogas, angin, dan pasang surut air laut. Pertamina NRE juga fokus pada pembangunan bisnis baru di sektor energi seperti baterai dan ekosistem kendaraan listrik, bisnis karbon, serta hidrogen bersih.
“Membangun portofolio bisnis energi bersih menjadi fokus utama Pertamina NRE untuk bergerak maju, mendukung dekarbonisasi yang menjadi tujuan Pertamina, Indonesia, dan dunia. Saat ini, aset operasional dan proyek pembangkit listrik Pertamina NRE mencapai 4,5 GW dengan potensi tambahan kapasitas di masa depan,” tutupnya.
Fadjar Djoko Santoso, VP Corporate Communication Pertamina, menyampaikan bahwa Pertamina terus mendorong pengembangan bisnis energi hijau di seluruh lini usahanya.
“Pertamina, melalui seluruh Subholdingnya, berkomitmen untuk mendorong transisi energi dengan mengembangkan bisnis baru yang mengutamakan energi hijau,” ungkap Fadjar.
Sebagai perusahaan pemimpin dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen untuk mendukung target Emisi Bersih pada tahun 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDG). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasional Pertamina.