seputarenergi – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa saat ini porsi energi baru terbarukan (EBT) di dalam negeri baru mencapai 13% dari target ambisius yang ditetapkan sebesar 23% pada tahun 2025. Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mengakui bahwa meskipun perkembangan EBT di Indonesia masih tergolong kecil, namun dia yakin bahwa negara ini akan terus mengalami pertumbuhan bertahap hingga mencapai target tersebut pada tahun 2025.
“Kalau ditanya seberapa besar sih sekarang perkembangannya, ya kita sekarang di angka 13%, kecil. Kita ingin naik ke 23% di tahun 2025,” beber Dadan dalam acara Economic Update 2023 CNBC Indonesia, Selasa (11/7/2023).
Namun, apa sebenarnya yang menjadi penyebab lambatnya perkembangan EBT di dalam negeri?
Menanggapi pertanyaan tersebut, Dadan menjelaskan bahwa salah satu faktor penyebabnya adalah tingkat investasi yang masih belum mencapai potensi penuh di sektor EBT di Indonesia. “Jadi dari sisi itu investasi terus jalan tidak selalu tinggi,” jelas Dadan.
Selain itu, Dadan juga menyoroti masalah implementasi, khususnya terkait pemanfaatan listrik di Pulau Jawa yang belum sejalan dengan kapasitas produksi yang ada. Hal ini mengakibatkan terjadinya surplus listrik atau kelebihan pasokan energi, terutama di wilayah Pulau Jawa.
“Sekarang ini listrik di pulau Jawa secara khusus ini juga terkait dengan kebijakan pemerintah sebelumnya, memastikan bahwa ekonomi kita itu bisa tumbuh cepat. Kita dorong penyediaan listrik yang memang sumber dayanya ada di kita, misal batu bara nah itu kurang match antara yang diperkirakan dengan realisasi. Sehingga ada kondisi sekarang bahwa listrik kita ini sedikit berlebih di pulau Jawa,” tambahnya.
Untuk mengatasi situasi tersebut, pemerintah sedang berusaha untuk mengelola kelebihan pasokan listrik dengan berbagai cara. “Kita harus kelola ini bagaimana dengan beberapa cara untuk hal tersebut,” tandasnya.
“Misal Jawa kami pastikan dulu bahwa yang masuk dalam sistem ini terpakai dulu kecuali untuk pensiun dini,” katanya. Selanjutnya, sebagai solusi jangka panjang, Dadan menyampaikan bahwa energi yang saat ini masih didominasi oleh batu bara akan digantikan oleh energi dengan emisi rendah, sebelum akhirnya bergeser menuju bauran EBT yang lebih beragam.
“Setelah mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih stabil, EBT akan menjadi prioritas utama dalam portofolio energi kita,” tutup Dadan dengan keyakinan.