Kementerian BUMN Soroti Dana Subsidi Energi Fosil dan Dorong Kendaraan Listrik di Indonesia

0
234

seputarenergi – Kementerian BUMN mendesak pengalokasian dana besar-besaran oleh negara untuk mensubsidi dan mengkompensasi energi fosil menjadi sorotan utama. Mereka berharap agar dana negara diarahkan dengan lebih intensif ke sektor energi yang ramah lingkungan di masa depan.

Wakil Menteri BUMN I, Pahala Mansury, mengungkapkan bahwa setiap tahun Indonesia memberikan dukungan fiskal berupa subsidi dan kompensasi sektor energi dengan jumlah lebih dari Rp 500 triliun pada tahun 2022. Kementerian Keuangan mencatat bahwa pembayaran subsidi dan kompensasi energi pada tahun 2022 mengalami peningkatan signifikan dari anggaran awal sebesar Rp 502 triliun.

Pembayaran subsidi dan kompensasi energi kepada PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) melonjak menjadi Rp 551,2 triliun, meningkat sebesar 8,93% dari target yang ditetapkan. “Bayangkan, jumlah subsidi yang begitu besar saat ini masih diberikan kepada sektor berbasis hidrokarbon,” ungkapnya saat acara EBTKE ConEx 2023 di ICE BSD pada Kamis (13/7).

Pahala berharap bahwa pemberian insentif sebesar Rp 7 juta untuk pembelian sepeda motor listrik dapat meningkatkan penggunaan energi yang lebih bersih. Namun, ia menyampaikan bahwa kriteria penerima insentif kendaraan listrik perlu direvisi, karena masih terdapat banyak keterbatasan bagi pengguna untuk memperoleh insentif tersebut. “Sementara itu, subsidi untuk pengguna Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini tidak memiliki persyaratan seperti itu,” tambahnya.

Wakil Menteri BUMN tersebut juga menyoroti jumlah pengguna kendaraan listrik yang masih sangat sedikit di Indonesia. Dari total motor yang terdaftar di dalam negeri sebanyak sekitar 132 juta unit, hanya terdapat 12.000 motor listrik. Oleh karena itu, Kementerian BUMN didorong untuk terus meningkatkan ekosistem kendaraan listrik atau kendaraan listrik (EV).

“Kami berharap Indonesia Battery Corporation (IBC) juga mulai membangun infrastruktur, termasuk baterai, manajemen aset, dan layanan di mana nantinya motor yang dijual dengan baterai dapat dikelola oleh dua perusahaan yang berbeda. Hal ini akan semakin menurunkan biaya awal untuk memiliki motor listrik,” jelasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here