Seputarenergi – PT Pertamina Patra Niaga secara resmi memperkenalkan produk terbarunya, Pertamax Green 95, dengan harga Rp13.500 per liter. Namun, penjualan Pertamax Green 95 saat ini terbatas hanya di lima Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jakarta dan sepuluh SPBU di Surabaya pada tahap pengenalan.
“Untuk saat ini kita menyiapkan di lima SPBU di Jakarta dan sepuluh di (SPBU) Surabaya. Tapi secara bertahap kita akan mengembangkan di seluruh Jawa dan mungkin nantinya akan di luar Jawa,” kata Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, saat peluncuran Pertamax Green di SPBU 31.128.02 MT Haryono, Jakarta.
Pada bulan Juni sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, telah menjelaskan alasan di balik peluncuran Pertamax Green 95. Menurutnya, Pertamina ingin mengembangkan energi berbasis sumber daya alam yang dimiliki Indonesia dan mewujudkan kemandirian energi.
“Jadi nanti kami di bulan ini, kami mau launching produk baru, yaitu bioetanol. Jadi Pertamax kami campur dengan etanol,” ucap Nicke dalam Media Briefing Capaian Kinerja 2022.
Bioetanol adalah salah satu bentuk energi terbarukan yang dapat diproduksi dari tumbuhan melalui proses fermentasi. Etanol dapat dibuat dari tanaman-tanaman yang umum, salah satunya adalah tebu. PT Pertamina akan menggunakan etanol yang berasal dari molase tebu untuk mencampurkan dengan Pertamax. Proses pembuatan etanol dari tebu tidak akan mengganggu produksi pabrik gula, karena hanya akan menggunakan tetes tebu, sehingga tidak bersaing dengan pabrik gula.
Selain itu, bioetanol juga dapat dibuat dari singkong dan jagung. Nicke menyatakan bahwa Pertamina akan terus melakukan riset untuk menghasilkan bioenergi dari berbagai bahan baku nabati.
Peluncuran Pertamax Green 95 ini menambah portofolio produk bahan bakar nabati PT Pertamina. Sebelumnya, perusahaan ini telah mengedarkan BBM yang dicampur dengan minyak nabati, yaitu biodiesel 35 persen (B35). B35 merupakan campuran bahan bakar nabati (BBN) berbasis minyak kelapa sawit, dengan kadar minyak sawit 35 persen dan 65 persen lainnya merupakan BBM jenis solar.
Dengan langkah ini, PT Pertamina Patra Niaga menunjukkan komitmennya untuk berkontribusi pada pengembangan energi berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia melalui penggunaan bioetanol sebagai alternatif bahan bakar.