Begini Tips Hemat Biaya Pengeluaran Listrik UMKM Dapoer 29

0
493

Seputarenergi – Di tengah gurauan anak-anak yang riang saat bermain di halaman rumah produksi kelompok Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Dapoer 29, terdapat pemandangan yang menarik perhatian. Terpasanglah panel surya dengan ukuran kira-kira 4×2 meter di atas atap bangunan berukuran 5×10 meter persegi. Kelompok ini bergerak dalam produksi olahan ikan lele di Kelurahan Eka Jaya, Kota Jambi.

Ketua Rumah Produksi Olahan Lele Dapoer 29, Samiyo Edi Karso mempersilahkan untuk memotret panel surya yang menjadi andalan mereka. Dalam percakapan tersebut, Edi menceritakan bahwa hampir satu tahun lalu kelompoknya memutuskan menggunakan panel surya untuk mengatasi tagihan listrik yang besar, yang mencapai setengah juta rupiah setiap bulannya.

“Besar sekali pengurangan biayanya, untuk kebutuhan produksi kami gunakan listriknya dengan panel surya, sekarang biaya listrik itu bisa kami gunakan sebagai tambahan pendapatan,” kata Edi.

Penggunaan panel surya dengan kapasitas 2,2 kWp dan kapasitas lithium baterai 2,4 kWh ini telah menyuplai listrik untuk seluruh kegiatan produksi olahan ikan lele. Sebelumnya, biaya listrik mencapai Rp500 ribu per bulan untuk enam hingga sepuluh kali produksi berbagai olahan lele. Namun, kini biaya listrik yang harus dikeluarkan hanya sekitar Rp100 ribu per bulan dengan kapasitas produksi yang sama. Artinya, Dapoer 29 berhasil menghemat hingga 80 persen dari total biaya listrik mereka.

Selain untuk produksi makanan olahan dari ikan lele, Dapoer 29 juga menggunakan panel surya untuk kebutuhan kolam biofloc dalam budidaya ikan. Di sisi hulu, ada 12 kolam ikan lele yang juga menggunakan teknologi panel surya untuk blower kolam ikan dan unit usaha aquaponik yang mengandalkan panel surya untuk sirkulasi air pada tanaman.

Dahulu, kelompok UMKM ini harus mengeluarkan biaya listrik sebesar Rp150 ribu per bulan untuk kebutuhan kolam ikan dan aquaponik. Namun, sejak menggunakan panel surya, biaya listrik untuk sirkulasi air di kolam sudah nol rupiah. Dengan demikian, biaya listrik yang sebelumnya digunakan dapat dialokasikan sebagai tambahan pendapatan dari bisnis budidaya ikan lele mereka.

Pemanfaatan panel surya oleh Dapoer 29 juga memberikan manfaat bagi sumur bor yang digunakan untuk mengisi air di kolam biofloc. Sebelumnya, satu kali pengisian air memerlukan biaya sekitar Rp50 ribu. Namun, kini para anggota budidaya ikan lele tidak mengeluarkan biaya listrik untuk pengisian air pada kolam biofloc.

Penggunaan panel surya ini bukan hanya menguntungkan dari segi finansial, tetapi juga mengakibatkan Dapoer 29 menerima penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai lokasi yang aktif dalam melakukan aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Pemerintah daerah di Provinsi Jambi juga menyadari pentingnya meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT). Kabid Energi Dinas ESDM Provinsi Jambi, S Pandu Hartadinata, menegaskan bahwa pemerintah daerah mendorong implementasi EBT pada semua sektor, termasuk UMKM. Selain itu, ia berharap pihak swasta juga dapat mendukung peningkatan EBT.

Untuk mendorong pemanfaatan energi surya oleh UMKM, IESR (Institute for Essential Services Reform) menyarankan pemerintah untuk memberikan insentif dan subsidi, membuat kebijakan yang mendukung penggunaan energi surya, serta menyediakan ragam pembiayaan untuk akses pembiayaan investasi panel surya. Selain itu, pelaku usaha juga dituntut untuk melaporkan kinerja lingkungan mereka agar tercipta kompetisi positif dan tanggung jawab sosial perusahaan.

Pemanfaatan panel surya oleh Dapoer 29 memberikan inspirasi bagi UMKM lain untuk berkontribusi dalam gerakan pro-lingkungan dengan mengadopsi teknologi ramah lingkungan yang berdampak positif pada lingkungan dan efisiensi biaya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here