Seputarenergi – Pelaku bisnis dan industri dari sektor energi di kawasan Asia Tenggara akan berkumpul di Bali pada bulan Agustus mendatang untuk menghadiri acara tahunan ASEAN Energy Business Forum (AEBF) yang diselenggarakan oleh ASEAN Centre for Energy (ACE). AEBF merupakan platform penting bagi para pemangku kepentingan di sektor energi untuk berkolaborasi dan membahas isu-isu terkini dalam pertumbuhan bisnis energi di kawasan tersebut. Acara ini akan berlangsung pada tanggal 24 hingga 26 Agustus 2023.
Pentingnya acara ini sejalan dengan visi Keketuaan Indonesia yang ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan dan dunia. Dalam media briefing pada hari Jumat, tanggal 28 Juli 2023, Executive Director of ACE, Nuki Agya Utama, menegaskan, “Untuk itu, Indonesia memiliki tujuan untuk memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan kawasan sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan.”
Menyinggung tentang pertumbuhan ekonomi ASEAN, Nuki menjelaskan bahwa wilayah ini hampir selalu berada di atas rata-rata dunia. Namun, untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, kerja sama di ASEAN akan terus ditingkatkan, khususnya dalam bidang ketahanan dan transisi energi. AEBF menjadi wadah penting di ASEAN untuk bertukar ide dan mempraktikkan solusi-solusi terbaik dalam upaya memperlihatkan usaha dan potensi Indonesia di sektor energi.
Tak hanya AEBF, pada tanggal yang sama juga akan diadakan the 41st ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) dan the 3rd ASEAN International Conference on Energy and Environment (AICEE). Kedua acara ini disatukan untuk memperkuat dampak dan signifikansinya, terutama dalam membangun hubungan dan kerja sama yang kuat, serta memperkuat posisi ASEAN sebagai wilayah yang dinamis dan berpengaruh dalam lanskap energi global.
Dalam konteks 10 tahun mendatang, pertumbuhan ekonomi di kawasan ini masih akan bergantung pada bahan bakar fosil, namun terlihat juga adanya potensi pertumbuhan bisnis energi terbarukan yang akan berkontribusi terhadap ekonomi. Nuki menekankan pentingnya meningkatkan ekosistem investasi di negara-negara anggota ASEAN dan menjadikan transisi energi sebagai prioritas di tingkat nasional dan regional, sehingga terwujud ketahanan energi. Kawasan ini memiliki kekayaan bahan mentah yang mendukung penerapan energi bersih.
Nuki mengatakan, “Transisi energi tidak hanya dilakukan melalui sektor kebijakan, tetapi juga harus didorong di tingkat masyarakat. Beberapa hal perlu dipertimbangkan untuk memperluas dukungan dan adaptasi masyarakat terhadap transisi energi, termasuk kesadaran dan perilaku yang mendorong penggunaan energi bersih dari sumbernya. Efisiensi, konservasi, dan penghematan energi menjadi salah satu proses penting dalam perubahan gaya hidup.”
Selain menghadirkan AEBF, ACE juga akan menggelar Green Transport Rally (GTR) yang berperan penting dalam meningkatkan kesadaran akan dampak positif lingkungan dan efisiensi energi dari kendaraan listrik serta opsi transportasi berkelanjutan. Tak hanya itu, AEBF juga akan memberikan Penghargaan Energi ASEAN untuk mengakui kontribusi para pelaku industri dalam pengembangan sektor energi. Acara penghargaan ini akan dimeriahkan oleh 10 Menteri Energi dari negara-negara anggota ASEAN.
Nuki berharap, “AEBF 2023 menghadirkan peluang yang signifikan bagi ACE untuk mendukung pemetaan arah menuju masa depan energi yang berkelanjutan. Melalui kerja sama dan berkomitmen pada praktik energi berkelanjutan, kita dapat mewujudkan potensi besar kawasan ini, mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan menjadi pemimpin dalam transisi energi.”