Seputarenergi – Pembangunan dan peningkatan infrastruktur pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Eropa selatan membawa dampak positif yang signifikan bagi benua tersebut. Dalam beberapa minggu terakhir, Eropa dilanda gelombang panas yang memicu tingginya konsumsi listrik dari perangkat pendingin ruangan, khususnya AC. Namun, hadirnya PLTS memberikan solusi dalam mengatasi lonjakan permintaan listrik tersebut dan menghindarkan Eropa dari terjerembab ke dalam krisis energi.
Sekretaris Jenderal grup industri listrik Eurelectric, Kristian Ruby, mengungkapkan bahwa pertumbuhan pesat dalam penggunaan PLTS mampu mengatasi puncak permintaan listrik yang terjadi akibat penggunaan AC. “Pertumbuhan yang sangat signifikan dalam PLTS pada dasarnya mengompensasi puncak yang ditimbulkan oleh AC,” kata Ruby, seperti yang dilansir oleh Reuters pada Senin (7/8/2023).
Beberapa negara di Eropa selatan, seperti Spanyol dan Yunani, telah secara masif memasang infrastruktur PLTS sebagai respons atas tingginya harga energi yang disebabkan oleh ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Spanyol, sebagai contohnya, telah meningkatkan kapasitas PLTS sebesar 4,5 gigawatt (GW) pada tahun sebelumnya. Hasilnya sudah mulai terlihat pada Juli tahun ini, di mana operator jaringan listrik Spanyol, Red Electrica, melaporkan bahwa produksi listrik dari PLTS mencapai rekor tertinggi.
Tidak hanya di Spanyol, negara lain seperti Sisilia, Italia, dan Yunani juga merasakan manfaat dari pengembangan PLTS. Di Sisilia, hampir separuh dari kelebihan permintaan listrik akibat penggunaan AC berhasil dikompensasi oleh produksi listrik dari PLTS. Sementara di Yunani, PLTS mampu menyuplai sekitar 3,5 GW dari total permintaan 10,35 GW saat permintaan mencapai puncaknya pada 24 Juli.
Meskipun pertumbuhannya masih relatif kecil dibandingkan dengan sumber energi lain seperti tenaga angin, gas, batu bara, dan nuklir, PLTS telah memberikan kontribusi signifikan dalam menjaga stabilitas pasokan energi di Eropa. Namun, para analis menyoroti bahwa faktor lain yang berkontribusi pada penghindaran krisis energi adalah permintaan listrik yang lebih rendah akibat harga energi yang tinggi akibat berkurangnya pasokan gas Rusia.
Para ilmuwan juga mengingatkan bahwa dampak perubahan iklim akan semakin meningkatkan frekuensi dan intensitas gelombang panas di masa depan, yang berpotensi semakin menguji infrastruktur ketenagalistrikan Eropa. Oleh karena itu, upaya investasi dalam pembangunan infrastruktur energi terbarukan, seperti PLTS, dan promosi penggabungan PLTS dengan baterai sebagai solusi masa depan tetap menjadi perhatian yang mendesak bagi pembuat kebijakan di Eropa.