Seputerenergi – Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) memberikan pandangan terhadap asumsi lifting atau produksi minyak dan gas (migas) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024. Asumsi penurunan produksi ini dianggap menggambarkan kondisi aktual sektor hulu migas di Indonesia.
Aspermigas mengklaim bahwa penurunan asumsi produksi migas ini terjadi ketika investasi dalam sektor hulu migas mengalami kenaikan di tahun ini. Organisasi ini menganggap penurunan asumsi lifting migas yang cenderung turun dari tahun sebelumnya bisa dipahami seiring langkah-langkah pemerintah dalam menangani penurunan alamiah produksi migas, yang dikenal sebagai “decline”.
Dalam RAPBN 2024, asumsi lifting minyak terangkut diatur sebesar 625.000 barel per hari (bopd), mengalami penurunan sebesar 5,3% dari asumsi RAPBN tahun sebelumnya yang berada di angka 660.000 bopd. Demikian pula, asumsi salur gas sebesar 1,03 juta barel setara minyak per hari (mboepd) mengalami penurunan 2% dari angka asumsi RAPBN tahun sebelumnya yang berada di angka 1,05 mboepd.
Moshe, perwakilan dari Aspermigas, menyatakan keprihatinannya terkait penurunan target produksi migas ini. Dia menyatakan bahwa seharusnya target ini seharusnya meningkat, bukan justru menurun. Namun, Moshe memahami bahwa kondisi lapangan minyak dalam negeri saat ini telah memasuki tahap mature, yang mengharuskan investasi tambahan untuk mengebor minyak pada lapisan yang lebih dalam.
Sementara investasi dalam sektor hulu migas di Indonesia telah meningkat, peningkatan investasi ini belum dibarengi dengan peningkatan produksi migas. Peningkatan investasi ini tidak selalu menghasilkan peningkatan produksi yang sebanding. Badan pelaksana sektor hulu migas di Indonesia, SKK Migas, mencatat bahwa realisasi investasi dalam sektor hulu migas pada Semester I tahun ini mencapai US$ 5,7 miliar, lebih tinggi dari capaian pada Semester I tahun 2022 yang berada di US$ 4,7 miliar. Target investasi sepanjang tahun 2023 mencapai US$ 15,5 miliar, lebih tinggi 28% dari realisasi tahun 2022.
Moshe juga menyoroti pentingnya penambahan produksi migas seiring dengan peningkatan investasi dan aktivitas eksplorasi. Dia menjelaskan bahwa strategi memperbanyak kegiatan eksplorasi dan metode Enhance Oil Recovery (EOR) dapat membantu meningkatkan produksi migas di masa depan. EOR merupakan metode untuk meningkatkan produksi minyak dengan menyuntikkan sumber energi eksternal ke dalam sumur.
Dalam upaya untuk menjaga stabilitas pasokan energi dan meningkatkan produksi migas, Moshe juga mendorong industri hulu migas untuk mengalihkan pengeboran minyak ke lapangan lepas pantai (offshore), yang meskipun membutuhkan biaya lebih tinggi, memiliki potensi produksi yang lebih tinggi. Dia berharap pemerintah juga terlibat aktif dalam mendukung aktivitas investasi dan eksplorasi di sektor hulu migas.