Aneh! Gencar Soal Hilirisasi, Kini RI Mendadak Impor Nikel dari Filipina

0
308

Seputarenergi – Baru-baru ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan situasi yang cukup mengejutkan. Beberapa perusahaan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di Indonesia ternyata melakukan impor bijih nikel dari luar negeri. Ini menjadi perdebatan karena Indonesia sendiri merupakan negara terbesar penghasil bijih nikel di dunia.

Muhammad Wafid, Plt. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, menyatakan bahwa perusahaan smelter tersebut melakukan impor bijih nikel dari Filipina. Mereka berargumen bahwa impor ini dilakukan karena kekurangan pasokan bahan baku di dalam negeri.

Namun, Wafid menjelaskan bahwa berdasarkan perhitungan Rencana Keuangan dan Anggaran Biaya (RKAB) nikel yang telah diterbitkan, pasokan bijih nikel seharusnya mencukupi untuk smelter di dalam negeri. “Saya coba hitung seluruh RKAB yang sudah kita setujui jumlahnya berapa input nikel yang dibutuhkan berapa hasilnya masih cukup. Tidak ada kekurangan di sekitar Sulawesi Utara, jadi terpaksa harus impor mungkin hal lain ya,” ungkapnya.

Namun, Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), memiliki pandangan yang berbeda. Dia meragukan bahwa impor bijih nikel dilakukan karena kekurangan pasokan di dalam negeri. Menurutnya, Indonesia memiliki pasokan bijih nikel yang melimpah.

Bahlil menjelaskan bahwa sejumlah perusahaan membangun smelter di Indonesia dengan cadangan tambang nikel di beberapa negara, termasuk Filipina. “Sulawesi Utara sama Manado itu kan sama Filipina itu kan lebih dekat. Mungkin saja, apa yang dia bangun smelter itu dekat juga, ada juga tambangnya di Filipina, mungkin saja,” ujarnya.

Lebih lanjut, Bahlil menegaskan bahwa belum ada kajian teknis yang menyatakan bahwa sisa umur cadangan nikel Indonesia hanya tinggal 15 tahun. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa impor ore nikel dan konsentratnya dari Filipina sebesar 38.850.000 kilogram pada Mei 2023.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, mencapai 21% dari total cadangan dunia. Selain itu, Indonesia juga memimpin dalam produksi nikel, dengan 48% dari total produksi global.

Meski perdebatan ini masih berlangsung, yang jelas, keberadaan bijih nikel di Indonesia yang sangat melimpah seharusnya mampu mendukung kebutuhan smelter dalam negeri. Namun, penting bagi pemerintah dan industri untuk bersama-sama mencari solusi agar potensi alam Indonesia dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here