Seputarenergi – PT PLN (Persero) sedang berupaya mengembangkan ekosistem biomassa sebagai bahan bakar alternatif yang akan menggantikan penggunaan batu bara dalam sektor pembangkit listrik. Upaya ini tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan pemanfaatan energi bersih demi mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060, tetapi juga untuk membuka peluang pekerjaan baru bagi masyarakat.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengungkapkan komitmennya dalam transisi energi melalui program co-firing. Program ini dimulai pada puluhan pembangkit PLN sejak tahun 2021 dan melibatkan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan biomassa.
Antonius Aris Sudjatmiko, Direktur Biomassa PLN Energi Primer Indonesia (EPI), menjelaskan bahwa strategi pemenuhan volume rantai pasokan biomassa saat ini mengoptimalkan sumber daya setempat dan keterlibatan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi biomassa Indonesia, yang mencapai 500 juta ton per tahun yang tersebar di berbagai wilayah. Target pasokan biomassa PLN EPI pada tahun 2025 adalah sekitar 10,2 juta ton per tahun.
Aris menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proyek ini. Masyarakat tidak hanya menjadi pengguna energi, tetapi juga produsen dan pengelola energi. Misalnya, dalam satu ton biomassa, sekitar 10 orang tenaga kerja dapat terserap.
Pengembangan biomassa untuk co-firing PLTU terbukti mampu menyerap tenaga kerja masyarakat di berbagai daerah, termasuk kaum marginal. Hal ini sejalan dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Sebelumnya, Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, menyoroti bahwa pengembangan biomassa atau bioenergi tidak hanya tentang energi, tetapi juga tentang peningkatan perekonomian masyarakat. Dalam konteks ini, pengembangan biomassa adalah upaya untuk mengoptimalkan potensi energi baru terbarukan dan memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.
Bambang menegaskan bahwa pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) harus bersifat inklusif dan sirkular, membawa manfaat bagi semua pihak. Selain itu, pembangunan energi terbarukan harus berkelanjutan, terjangkau, dan dapat diandalkan.
Langkah-langkah seperti ini mencerminkan komitmen Indonesia untuk mencapai transisi energi yang lebih berkelanjutan, mengurangi emisi karbon, dan memberdayakan masyarakat dalam pengembangan sumber energi bersih.