Pertamina EP (PEP) Rantau Field, bagian dari Zona 1 Subholding Upstream Pertamina, menciptakan ekosistem usaha ramah difabel melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) yang fokus pada peningkatan perekonomian bagi penyandang difabel.
Field Manager PEP Rantau, Despredi Akbar dalam keterangan di Jakarta, Jumat, menyebutkan program tersebut dilaksanakan di Kampung Tanjung Karang Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh.
Program bernama Rumah Kreatif Tamiang didasari oleh keterbatasan masyarakat difabel dalam mengakses lapangan pekerjaan dan kesempatan dalam meningkatkan keterampilan yang secara tidak langsung mempengaruhi kondisi perekonomiannya.
“Sejak awal inisiasi program pada 2021 hingga tahun 2023, berkembang sebanyak 4 unit usaha sudah dijalankan dalam rangka meningkatkan perekonomian kelompok penyandang difabel, yaitu Bengkel DIfabel, Inklusi Coffee, Rumah Limbah Difabel dan Inklusi Baking,” kata Despredi Akbar.
Selain itu, pada tahun 2023 juga dilakukan inisiasi pengembangan potensi bagi siswa difabel Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Pembina Aceh Tamiang di bidang lingkungan melalui bank sampah sekolah inklusif.
Despredi Akbar menjelaskan program telah menerapkan konsep ramah difabel, ramah lingkungan dan ramah energi.
Program ini memiliki dua inovasi sosial yaitu Inovasi Bangkit Berdikari (Pengembangan Masyarakat Inklusi Tamiang berbasis Sociopreneurship, Edukasi, dan Lingkungan Lestari) di tahun 2022 dan Setara Sejalan (Sistem Kewirausahaan Sosial Inklusif Berkelanjutan) pada tahun 2023.
“Program Rumah Kreatif Tamiang ini diharapkan mampu menjadikan wadah kreatifitas masyarakat penyandang difabel di Aceh Tamiang untuk mengembangkan minat, bakat dan perekonomian mereka. Selain itu, program ini diharapkan mampu memberikan pandangan pada masyarakat, bahwa masyarakat difabel juga memiliki keahlian dan dapat memiliki kegiatan usaha,” katanya.
Selain bengkel dan kafe, Rumah Kreatif Tamiang juga memiliki sub unit usaha Rumah Limbah. Rumah Limbah adalah tempat pengolahan minyak jelantah yang merupakan limbah rumah tangga menjadi lilin aroma terapi dan sabun.
Produk Rumah Limbah dipasarkan di Galeri Ajang Ambe, pusat pemasaran berbagai produk UMKM yang ada di Aceh Tamiang yang didirikan pada 2016.
Menurut Despredi, Galeri Ajang Ambe memfasilitasi pelaku UMKM di Aceh Tamiang untuk dapat mengikuti berbagai kegiatan pelatihan, inovasi peningkatan kualitas produk hingga ke pemasaran secara daring yang menjadi program tahun ini.
“Selain kolaborasi dengan digitalisasi layanan jual beli, produk baru yang dikembangkan adalah inovasi produk olahan makanan dan kerajinan yang memiliki nilai inovasi budaya seperti kopi pandan dan tas bordir Aceh Tamiang,” ujar Despredi.
Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Pembina Aceh Tamiang, Muttaqin menyampaikan bahwa kolaborasi dengan Pertamina EP Rantau dan stakeholder lainnya dalam pemberdayaan masyarakat difabel, merupakan sebuah titik temu pemecahan permasalahan sosial bagi masyarakat difabel.
“Banyak alumni kami yang akhirnya tergabung Kelompok Rumah Kreatif Tamiang dan menjalankan usaha mulai dari bengkel, cafe, rumah limbah hingga baking. Dan beberapa kegiatan Pertamina melibatkan siswa kami untuk unjuk gigi tentang tari tradisional, band sampai pengembangan bank sampah,” ujar Muttaqin.
Head of Comrel & CID Zona 1, Djulianto Tasmat menjelaskan program Rumah Kreatif Tamiang mengimplementasikan tujuan ke-5 dari Sustainable Development Goals (SDGs) tentang kesetaraan gender dengan melibatkan 25 persen anggota kelompok difabel perempuan dalam usaha kelompok.
Selanjutnya program juga mengimplementasikan tujuan 7 SDGs tentang Energi Bersih, dimana telah memanfaatkan panel surya dalam suplai listrik operasional usaha dan tujuan 8 SDGs tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi bagi penyandang difabel.
Sumber asli: antaranews.com