Viral! Suku Anak Dalam Melawan Buldoser Tambang Nikel demi Melindungi Harta Karun Alam

0
402

Seputarenergi – Sosok-sosok pemberani dari suku Anak Dalam yang tinggal di pedalaman Indonesia kembali menjadi sorotan dunia. Video yang menjadi viral di media sosial (medsos) memperlihatkan dua individu yang kuat diduga berasal dari suku pedalaman ini, menghadang dengan tekad yang luar biasa sebuah buldoser yang hendak memasuki daerah mereka. Dalam video yang diunggah pada Senin (6/11/2023) oleh akun X @Survival, dua orang dari suku Anak Dalam ini memakai pakaian khas daerah mereka dan membawa senjata alami mereka, yaitu bambu runcing.

Dalam rekaman video tersebut, tampak mereka berteriak dengan penuh semangat saat buldoser itu mendekat, berusaha mencegah agar kendaraan tersebut tidak merusak wilayah mereka. Tulisan pada video tersebut menjelaskan, “Hongana Manyawa yang belum tersentuh, saat buldoser menghancurkan hutan mereka. Lahan mereka ditambang untuk nikel dan baterai mobil listrik.”

Namun, ketika buldoser itu menyalakan mesin mobil, keduanya terpaksa melarikan diri ke dalam hutan demi keselamatan mereka. Video ini menjadi saksi bisu dari perjuangan suku Anak Dalam untuk melindungi sumber mata pencaharian dan daerah asli mereka, yang telah lama mereka tinggali di Pulau Wawonii, bergantung pada hutan sebagai sumber mata pencaharian dan sumber kehidupan mereka.

Data yang dikutip dari organisasi hak asasi manusia, Survival International, yang juga diberitakan oleh Petapixel, mengungkapkan bahwa kehidupan suku Anak Dalam ini semakin terancam akibat eksploitasi tambang nikel di pulau Halmahera. Situasi ini memicu keprihatinan dan dukungan dari masyarakat online, dengan harapan agar perusahaan atau pihak manapun tidak mengganggu daerah mereka. Netizen pun ikut bersuara, mengingatkan pentingnya menjaga keberlangsungan hidup suku Anak Dalam.

Sebuah pertanyaan muncul dalam komentar masyarakat, “Pak Jokowi, gimana nih?” seolah meminta perhatian dari pemerintah atas isu ini. Dalam situs Survival International, terungkap bahwa sekitar 300 hingga 500 orang Hongana Manyawa masih menjalani kehidupan mereka di pedalaman hutan di Pulau Halmahera. Namun, sebagian besar wilayah mereka telah dialokasikan untuk perusahaan pertambangan, dengan ekskavator yang sudah mulai bekerja. Proyek ini merupakan bagian dari rencana Indonesia untuk menjadi produsen utama baterai mobil listrik, dengan cara mengeksploitasi nikel dan mineral lainnya.

Suku Hongana Manyawa, yang berarti ‘Penduduk Hutan,’ adalah salah satu suku pemburu dan pengumpul nomaden terakhir di Indonesia. Mereka hidup harmonis dengan alam, sangat menghormati hutan dan segala isinya, percaya bahwa pohon memiliki jiwa dan perasaan seperti manusia. Dalam budaya mereka, penebangan pohon untuk membangun rumah adalah ritual sakral, yang melibatkan izin dari tanaman dan persembahan sebagai penghormatan.

Video ini adalah pengingat yang kuat bahwa suku-suku pedalaman di Indonesia memiliki hak untuk melindungi lingkungan mereka, mempertahankan budaya mereka, dan merayakan keberagaman alam yang masih ada. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan menghormati hak suku-suku adat menjadi sebuah agenda yang semakin mendesak di tengah tantangan global mengenai perlindungan alam dan pelestarian keanekaragaman budaya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here