Pertamina Shipping Ungkap Strategi Dekarbonisasi untuk Dorong Blue Economy

0
376

Seputarenergi – PT Pertamina International Shipping (PIS) mengambil komitmen kuat dalam mendukung pelayaran ramah lingkungan sebagai bagian dari kontribusi terhadap ekonomi biru. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 (Conference of the Parties/COP 28) di Dubai, Uni Emirat Arab, PIS mempresentasikan serangkaian strategi untuk mengurangi emisi.

“Dalam tahun 2022, kami sudah berhasil mengurangi 9 persen emisi, setara dengan 1,9 megaton CO2eq,” ujar Direktur Utama PIS, Yoki Firnandi, pada Sabtu (3/12).

Dalam diskusi dengan tema “Ocean High Level Panel: Embodiment of Blue Economy Through a Sustainable Use of Coastal and Marine Resources to Save the Ocean Environment” di Paviliun Indonesia – COP 28, Yoki menjelaskan empat strategi pengurangan emisi yang diusung PIS.

Strategi pertama mencakup desain kapal ramah lingkungan, dengan PIS saat ini memiliki 19 kapal yang memenuhi standar tersebut dan tiga kapal yang sesuai dengan standar emisi International Maritime Organization (IMO) tier tiga.

Strategi kedua melibatkan peremajaan armada sesuai dengan ketentuan The International Convention for the Prevention of Pollution from Ships (MARPOL) dan Peraturan Menteri Perhubungan No. 29 Tahun 2014 tentang Penghentian Operasi Kapal Lambung.

Strategi ketiga adalah pengurangan bahan bakar melalui pembersihan lambung, optimalisasi kecepatan operasi kapal, serta penggunaan alat penyimpan energi.

Strategi keempat berkaitan dengan intensitas emisi yang lebih rendah, khususnya pada kapal very large gas carrier (VLGC) Pertamina Gas Amarylis.

Selain itu, Yoki menyampaikan bahwa PIS akan mengadopsi campuran nabati pada bahan bakarnya. “Kami akan memakai 60 persen dari bensin dan sisanya dari biofuel,” ungkap Yoki. Selain itu, PIS juga akan mengembangkan amonia dan hidrogen.

PIS menetapkan tiga tahapan pengurangan emisi, yaitu tahap jangka pendek (2022-2025) dengan strategi pembatasan kecepatan operasi kapal, tahap jangka menengah (2026-2030) dengan penggantian bahan bakar dan operasi kapal ramah lingkungan, serta tahap jangka panjang (2030-2060) yang menargetkan pengurangan emisi sebesar 20 ribu tCO2eq dengan menggunakan sumber energi alternatif.

Direktur Utama PIS menegaskan bahwa PIS telah menyusun peta jalan menuju Net Zero Emissions (NZE) 2060. “Kami menyadari bahwa tren ke depan harus ada pengurangan emisi dari sektor pelayaran dan kelautan, sehingga kami sudah memiliki peta jalan menuju NZE 2060,” kata Yoki.

Pada tingkat nasional, pemerintah juga telah menyiapkan peta jalan ekonomi biru. Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Vivi Yulaswati, menyatakan bahwa sektor maritim memegang peranan utama dalam pengembangan ekonomi biru.

“Kami sudah mengembangkan rencana aksi ekonomi biru dan indeks ekonomi biru untuk memantau perkembangannya,” kata Vivi.

Pemerintah juga menjalin kerja sama dengan dunia internasional untuk mengembangkan ekonomi biru. Head of Ocean Action Agenda World Economic Forum, Alfredo Giron Nava, menyebutkan adanya kesepakatan dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi untuk melaksanakan agenda Kemitraan Aksi Karbon Biru Nasional atau National Blue Carbon Action Partnership (NBCAP).

Kemitraan ini diharapkan dapat membantu pemulihan ekosistem karbon biru di Indonesia, terutama mengingat kekayaan sumber daya di ekosistem laut dan pesisir Indonesia yang dapat memberikan dampak positif terhadap kelestarian lingkungan global.

“Sesuai dengan peta jalan menuju Net Zero Emissions 2060, Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi berkomitmen mendukung target tersebut dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s),” ujar Yoki Firnandi, Direktur Utama PIS.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here