Site icon Seputar Energi

Ramai Produsen Kendaraan Listrik Tinggalkan Nikel, Apa Alternatifnya?

Seputarenergi – Produsen kendaraan listrik mulai mencari alternatif untuk nikel dalam produksi baterai, mempertimbangkan harganya yang melambung tinggi dan ketergantungan pada pasokan global. Beberapa perusahaan besar, termasuk Tesla, telah beralih ke baterai lithium iron phosphate (LFP), yang tidak menggunakan nikel.

Harga nikel mencapai puncaknya pada Maret 2022, mencapai US$ 33.924 per ton, meningkat 206% dibandingkan Maret 2021. Meskipun turun menjadi sekitar US$ 28.946 per ton pada Desember 2022, produsen berusaha mencari opsi yang lebih terjangkau dan berkelanjutan.

“Diversifikasi bahan kimia baterai sangat penting untuk pertumbuhan kapasitas jangka panjang, untuk lebih mengoptimalkan produk kami untuk berbagai kasus penggunaannya dan memperluas basis pemasok kami,” ungkap pengumuman Tesla.

Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) melaporkan bahwa 75% mobil listrik yang terjual di Indonesia pada 2022 menggunakan baterai LFP. Wuling Air Ev adalah contoh mobil listrik yang memanfaatkan baterai LFP. Di Tiongkok, sebagian besar kendaraan listrik juga telah mengadopsi teknologi ini.

Baterai LFP memiliki keunggulan keamanan dan daya tahan yang tinggi. Meskipun memiliki kepadatan energi lebih rendah dibandingkan baterai nikel, LFP tidak mudah terbakar dan mampu bertahan ribuan siklus pengisian daya. Pasar global baterai LFP diperkirakan mencapai US$ 15 miliar pada 2023, meningkat dari US$ 12,5 miliar pada 2022. Prediksi menunjukkan bahwa pangsa pasar ini akan terus tumbuh, mencapai US$ 52,7 miliar pada 2030.

Meskipun nikmati keuntungan keamanan dan daya tahan, baterai LFP belum sepenuhnya menggantikan baterai nikel, dan industri terus mencari inovasi untuk memenuhi kebutuhan energi kendaraan listrik secara efektif.