Seputarenergi—PT Pertamina (Persero) mendukung penuh kebijakan swasembada energi yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto, yang ditargetkan tercapai dalam 4-5 tahun mendatang. Program swasembada energi ini merupakan salah satu dari 17 program prioritas dalam visi Asta Cita Presiden Prabowo. Dalam upaya mewujudkan target tersebut, Pertamina terus berkomitmen mempertahankan ketahanan energi nasional melalui pengembangan bisnis rendah karbon.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menegaskan bahwa Pertamina kini fokus pada empat terobosan teknologi rendah karbon, yaitu pengembangan biofuel, petrochemical, geothermal, serta Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS). “Terobosan ini akan memperkuat swasembada energi, sekaligus memberikan dampak dalam penurunan emisi karbon, diversifikasi portofolio bisnis yang akan membuka peluang bisnis baru di masa depan,” ujar Fadjar.
Pertamina berhasil mengembangkan biofuel sebagai bahan bakar ramah lingkungan yang mengandung campuran bahan nabati. Beberapa inovasi yang telah dilakukan termasuk produksi biodiesel B35, Pertamax Green, dan Sustainable Aviation Fuel (SAF) untuk bahan bakar pesawat. “Pada tahun 2023, penerapan B35 mampu menurunkan emisi CO2 hingga 32,7 juta ton,” tambah Fadjar.
Di sektor geothermal, Pertamina saat ini mengelola 15 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan kapasitas terpasang 672 MW, yang ditargetkan meningkat menjadi 1 GW dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Sementara itu, dalam pengembangan petrochemical, Pertamina menargetkan peningkatan produksi dari 1,9 juta ton menjadi 3,2 juta ton per tahun pada 2025, membuka peluang kemitraan dengan berbagai institusi dalam dan luar negeri.
Dari bisnis hulu migas, Pertamina juga terus mengembangkan teknologi CCS/CCUS yang berpotensi mengurangi emisi hingga 1,5 juta ton pada tahun 2029. Proyek ini sudah mulai diterapkan di beberapa lapangan migas seperti Field Sukowati, Field Jatibarang, dan Field Ramba.
Selain terobosan teknologi, Pertamina juga melibatkan masyarakat dalam memanfaatkan energi hijau melalui program Desa Energi Berdikari, yang saat ini sudah mencakup 85 desa binaan di seluruh Indonesia. Berbagai upaya ini telah berhasil melampaui target dekarbonisasi Pertamina untuk 2023, dengan realisasi reduksi emisi scope 1 & 2 mencapai 124% dari target yang ditetapkan. “Pertamina berhasil melakukan dekarbonisasi sebesar 1,13 juta ton CO2e dari target 910 ribu ton CO2e,” ungkap Fadjar.
Keberhasilan Pertamina dalam dekarbonisasi juga diakui secara global, dengan perusahaan menduduki peringkat pertama dalam ESG Risk Rating di subsektor Minyak dan Gas Terintegrasi dari 61 perusahaan dunia, menurut Sustainalytics. “Dengan dukungan stakeholder, Pertamina optimistis bisa mendukung program pemerintah swasembada energi sekaligus mencapai NZE sesuai target nasional,” tandas Fadjar.
Sebagai pemimpin dalam transisi energi, Pertamina terus berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 melalui berbagai program yang berkontribusi langsung pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) dan sejalan dengan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG).