Potensi Metalurgis, dari Riset ke Industri Pertambangan Logam Ramah Lingkungan

0
22

Dalam menghadapi tantangan global serta memanfaatkan potensi besar sektor pertambangan, Indonesia menekankan pentingnya peran insinyur metalurgi untuk mendorong pembangunan di bidang manufaktur. Hal ini terungkap pada Seminar dan Konvensi Nasional III Badan Kejuruan Teknik (BKT) Metalurgi Persatuan Insinyur Indonesia (PII) yang digelar di Gedung Kuliah Umum (GKU) 2, Institut Teknologi Bandung (ITB) Kampus Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (23/11/2024).

Acara bertema “Unlocking Metallurgists’ Potential: From Research to a Green Metal Mining Industry” tersebut dibuka oleh Ketua Seminar dan Konvensi Nasional III, Ir. Taufik Hidayat, S.T., M.Phil., Ph.D., I.P.M., dilanjutkan sambutan Ketua BKT Metalurgi PII, Dr. Ir. Muhammad Hanafi, M.B.A., I.P.U., dan Ketua Umum PII, Dr. Ir. Danis H. Sumadilaga, M.Eng.Sc., I.P.U.


Tantangan Mineral Kritis dan Hilirisasi di Indonesia

Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Sesditjen Minerba) Kementerian ESDM, Dr. Siti Sumilah Rita Susilawati, S.T., M.Sc., hadir mewakili Dirjen Minerba, Dr. Ing. Tri Winarno, S.T., M.T., memaparkan materi tentang “Unlocking Metallurgists’ Potential: Driving Innovation for Sustainable Metal Mining Industries in Indonesia”. Ia menyoroti tingginya permintaan global terhadap mineral kritis seperti litium, kobalt, nikel, tembaga, dan tanah jarang (rare earth elements), yang krusial bagi transisi energi, teknologi canggih, hingga infrastruktur modern.

Menurutnya, Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia berpeluang menjadi pemain kunci. Meski demikian, pemanfaatan mineral kritis harus dilakukan secara berkelanjutan agar tidak menimbulkan eksploitasi berlebihan yang berdampak negatif secara global.

Direktur Hilirisasi Mineral Batu Bara, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Dr. Hasyim Daeng Barang, S.S.T.P., M.Si., menambahkan bahwa untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 6-7% demi mewujudkan visi Indonesia Emas, salah satu tumpuannya adalah hilirisasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan industri pengolahan tumbuh 4,64% pada 2023, dan diharapkan naik ke level dua digit. Ia menegaskan, Kementerian Investasi yang kini menjadi Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM akan mempercepat proses hilirisasi mineral.


Perspektif Keilmuan dan Teknologi Metalurgi

Prof. Tim Pasang, Ph.D., Ketua Teknik Desain dan Manufaktur dari Western Michigan University, memberikan paparan melalui Zoom tentang perkembangan dan tantangan metalurgi secara global. Ia menjelaskan dua bidang utama metalurgi, yaitu metalurgi ekstraktif—upaya memisahkan dan memurnikan logam berharga dari bijih—serta metalurgi fisik, yang fokus pada proses pembuatan produk logam.

Adapun Ketua Project Implementation Unit (PIU) Joint Research Lab GEM-ITB-CSU, Prof. Dr. Mohammad Zaki Mubarok, S.T., M.T., menyoroti pemanfaatan sisa hasil pengolahan (SHPP) dari industri logam, seperti slag (terak), tailing, residu, dan red mud. Dengan pertumbuhan industri pemurnian logam nasional yang pesat dalam satu dekade terakhir, volume SHPP juga meningkat signifikan, sehingga diperlukan strategi pengelolaan agar ramah lingkungan. Di sisi lain, SHPP menyimpan potensi kandungan logam berharga yang belum sepenuhnya dioptimalkan.


Diskusi dan Pengukuhan Insinyur Profesional

Diskusi kian menarik dengan kehadiran para panelis, di antaranya:

  • Prof. Dr. Ing. Zulfiadi Zulhan, S.T., M.T., I.P.U. (Ketua MUK BKT Metalurgi)
  • Ir. Bouman T. Situmorang., S.T., M.T., I.P.U. (Ketua Prometindo)
  • Dr. Deni Ferdian, S.T., M.Sc. (Ketua Departemen Teknik Metalurgi dan Material, FT-UI)

Dipandu moderator Imelda, pembahasan melingkupi tantangan, peluang, dan solusi konkret bagi pengembangan industri metalurgi Indonesia, khususnya dalam mendorong hilirisasi dan inovasi berkelanjutan.

Dalam rangkaian acara ini, Ir. Tonny H. Gultom, B.Sc., I.P.U., ASAN Eng selaku steering committee menyampaikan pidato khusus (special speech) pada pengukuhan insinyur profesional (IP) periode 2021-2024, menandai komitmen PII dalam peningkatan kompetensi dan profesionalisme insinyur metalurgi di Indonesia.


Dengan dukungan pemerintah, industri, dan kalangan akademisi, peran insinyur metalurgi semakin krusial dalam menjawab tantangan global di sektor pertambangan dan manufaktur. Harapannya, pemanfaatan sumber daya mineral kritis dan hilirisasi industri logam dapat dilakukan secara optimal, berkelanjutan, dan tetap berorientasi pada kesejahteraan nasional.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here