Arab Saudi memutuskan memangkas produksi minyak secara sukarela sebanyak 1 juta barel per hari (bph) pada Februari dan Maret sebagai bagian dari kesepakatan di mana sebagian besar produsen OPEC+ yang mempertahankan produksi secara stabil dalam upaya menghadapi karantina wilayah (lockdown) akibat munculnya virus corona baru.
Pemotongan produksi minyak tersebut melebihi target yang ditetapkan untuk mendukung ekonomi dan pasar minyak di dalam negeri. Hal itu disampaikan secara resmi oleh Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman pada Selasa (5/1) kemarin. Mendengar kabar tersebut, patokan harga minyak Brent diperdagangkan naik hampir 5% di atas USD53 per barel.
“Jika ada satu cara untuk menggambarkan apa arti pemotongan sukarela bagi pasar, happy hour adalah istilah yang cukup pas,” ujar Analis dari Rystad Energy Bjornar Tonhaugen seperti dikutip dari Reuters, di Jakarta, Rabu (6/1/2020).
Sementara Rusia dan Kazakhstan akan diizinkan untuk menaikkan produksi masing-masing sebesar 75.000 bph pada Februari dan 75.000 bph pada Maret mendatang. “Peningkatan tersebut tentunya membuat iri anggota OPEC+ yang ingin memompa lebih banyak lagi,” kata Bjornar.
Namun demikian, Rusia dan Kazakhstan telah mendorong untuk meningkatkan produksi sebesar 500.000 bph pada Januari-Februari akan tetapi anggota yang lain tetap bersikukuh mempertahankan produksi dengan alasan mengurangi risiko lockdown untuk mengantisipasi serangan virus baru corona.
Pangeran Abdul aziz pun meminta hati-hati karena permintaan bahan bakar minyak masih rapuh akibat dampak yang ditimbulkan varian baru virus corona yang tidak dapat diprediksi. Sebab itu, pihaknya memutuskan melakukan pemotongan produksi secara sukarela guna membantu mencegah penumpukan stok. Hasil pemangkasan produksi Arab Saudi akan memperluas pemotongan menjadi 8,125 juta bph pada Februari dan menyembit lagi 8,05 juta bph pada Maret. Sedangkan produksi bulan April akan diputuskan pada pertemuan OPEC+ di awal Maret.
Sebagaimana diketahui, varian baru corona yang pertama kali di temukan di Inggris dan Afrika Selatan kini telah menyebar di seluruh dunia. Dengan demikian, produsen OPEC+ membatasi produksi untuk mendukung harga dan mengurangi kelebihan pasokan sejak Januari 2017.