Energi Terbarukan Atasi Tiga Krisis, dari Iklim hingga Dampak Covid-19

0
888

Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan berperan penting tidak hanya untuk mengurangi emisi karbon guna mengatasi krisis perubahan iklim, tapi juga mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan lapangan pekerjaan, termasuk dampak pandemi Covid-19.

Berdasarkan paparan Badan Energi Terbarukan Internasional (International Renewable Energy Agency/IRENA), transformasi energi dari fosil menuju EBT akan merangsang pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) hingga 2,4 persen. Kemudian, fokus investasi yang mengarah kepada pemanfaatan energi terbarukan diyakini berdampak pada munculnya 42 juta lapangan pekerjaan baru secara global.

Pakar Komunikasi Hijau Wimar Witoelar mengatakan pengurangan emisi karbon menjadi hal krusial dalam hal pencegahan dampak perubahan iklim yang setiap hari makin mengancam kehidupan seluruh makhluk hidup di Bumi.

“Mendorong percepatan pemanfaatan energi terbarukan menunjukkan Indonesia sangat kooperatif di mata dunia untuk mitigasi perubahan iklim,” ujarnya.

Indonesia memiliki kesempatan untuk memperbesar penggunaan energi  terbarukan karena  memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besat yaitu mencapai 442,4 GW. Salah satu yang terbesar adalah dari energi air mencapai 75 GW (75.000 MW).

Pemanfaatan air sebagai energi listrik di Indonesia juga bisa mencapai kapasitas besar dan mampu mengurangi emisi karbon sangat signifikan. Misalnya, PLTA Batang Toru berkapasitas 510 MW di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara diatur untuk berkontribusi pada pengurangan emisi karbon sekitar 1,6 juta ton per tahun atau setara dengan kemampuan 12 juta pohon menyerap karbon.

Saat ini perubahan iklim dan pandemi Covid-19 menjadi ancaman terbesar bagi kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Krisis tersebut hanya bisa ditangani secara bersama oleh semua pihak.

Dalam pesan akhir tahun, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres mengatakan bahwa ambisi utama PBB untuk 2021 adalah membangun koalisi global untuk netralitas karbon – emisi nol – pada 2050. Setiap pemerintah, kota, bisnis, dan individu bisa berperan dalam mencapai visi ini.

“Bersama, mari berdamai di antara kita dan dengan alam, atasi krisis iklim, hentikan penularan Covid-19,” ujar Guterres.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here