Harta Karun Migas Baru Ini Bisa Jadi ‘BBM’ di Masa Depan

0
605

Indonesia dikaruniai ‘harta karun’ di sektor minyak dan gas bumi (migas) yang belum disentuh sama sekali. ‘Harta karun’ migas ini merupakan sumber migas non konvensional bernama metan hidrat atau gas hidrat. Tak tanggung-tanggung, gas hidrat ini bisa dimanfaatkan sampai 800 tahun.

Lalu, apa manfaat turunan dari gas hidrat ini?

Hadi Ismoyo, Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), mengatakan secara fisik gas hidrat sama dengan gas alam biasa di mana turunnya bisa dijadikan liquefied natural gas (LNG) atau turunan berikutnya bisa dimanfaatkan dalam industri petrokimia.

“Turunannya bisa dijadikan LNG atau turunan berikutnya dalam industri petrokimia,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (10/06/2021).

Akan tetapi, keberadaan metan hidrat ini menyebar dalam jebakan lapisan es karena temperatur yang rendah. Karena keberadaannya yang melampar luas, tidak terakumulasi dalam satu jebakan besar, sehingga sulit dilakukan eksploitasi secara ekonomis.

“Kalau di Rusia, mungkin pernah lihat Youtube, es yang terbakar di Siberia. Itu karena es tersebut mengandung molekul gas alam,” tuturnya mencontohkan.

Lebih lanjut dia menyampaikan, potensi yang ada di Indonesia masih berupa sumber daya belum berupa cadangan yang sudah dalam tahap komersial. Oleh karena itu, menurutnya masih butuh riset panjang agar gas hidrat ini bisa sampai ke tahap eksploitasi, sehingga ‘harta karu’ migas baru ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan publik di masa depan.

“Setahu saya belum ada di luar negeri yang komersial. Semua masih dalam riset,” ujarnya.

Sebelumnya, Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB Doddy Abdassah mengatakan metan hidrat adalah gas hidrat berbentuk kristal es di mana molekul air membentuk struktur seperti kurungan atau clathrate, sehingga memiliki rongga yang dapat terisi oleh molekul gas.

“Jadi ada kurungan molekul-molekul air, kemudian di tengahnya menjebak molekul hidrokarbon bisa metana, C2, C3 ada juga CO2,” paparnya dalam webinar secara daring, Selasa (09/05/2021).

Gas hidrat ini menurutnya sering disebut dengan ‘Fire Ice’ karena bentuknya seperti es, namun bisa terbakar. “Gas Hidrat sering juga disebut sebagai ‘Fire Ice‘,” ujarnya.

Sebagai perbandingan, deposit gas alam mencapai 13.000 triliun kaki kubik (TCF). Sementara deposit gas hidrat di darat saja mencapai 5.000 – 12.000.000 TCF dan di bawah laut 30.000 – 49.000.000 TCF.

Dia menjelaskan, gas hidrat adalah sumber daya hidrokarbon non konvensional terbesar di bumi dan diperkirakan 50% deposit hidrokarbon tersimpan dalam bentuk gas hidrat.

Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, potensi gas hidrat ada di pinggir-pinggir benua, baik di Eropa, Afrika, Amerika Utara dan Selatan.

Berdasarkan data Badan Litbang Kementerian ESDM, dua area diketahui menjadi tempat akumulasi gas hidrat itu yaitu area permafrost di sekitar Kutub Utara dan sea beds di laut dalam.

Namun demikian, Tutuka mengatakan, Indonesia juga punya potensi gas hidrat ini. Berdasarkan survei di awal tahun 2004, Indonesia berhasil menemukan sumber daya metan hidrat sebesar 850 TCF. Berada di dua lokasi utama yaitu perairan Selatan Sumatera sampai ke arah Barat Laut Jawa (625 TCF) dan di Selat Makassar Sulawesi (233,2 TCF).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here