Pemerintah Selandia Baru Suntik Dana Senilai Rp 147 Miliar untuk Pengembangan Energi Panas Bumi di Indonesia

0
248

seputarenergi – Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru (MFAT) telah mengumumkan komitmen mereka untuk memperpanjang kerja sama di bidang panas bumi dengan Indonesia untuk periode 2023-2028. Program kerja sama ini, yang dikenal sebagai “Indonesia-Aoteroa New Zealand Geothermal Energy Programme (PINZ)”, akan menerima hibah sebesar 15,64 juta NZD atau setara dengan Rp147,8 Miliar.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia, Arifin Tasrif, menyambut baik kerja sama ini dan menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Selandia Baru atas kontribusinya dalam pengembangan energi panas bumi di Indonesia. Dalam sebuah pernyataan, Arifin mengungkapkan harapannya bahwa kerja sama ini dapat mempercepat pengembangan panas bumi di Indonesia serta menyediakan solusi yang berkelanjutan untuk mendukung transisi energi di negara ini.

Arifin juga menegaskan bahwa Indonesia memiliki komitmen yang kuat terhadap dekarbonisasi, yang juga didorong oleh fokus Presidensi G20 Indonesia dan pencapaian Bali COMPACT sebagai komitmen bersama negara-negara G20 dalam transisi energi.

Selain itu, Indonesia diproyeksikan akan membutuhkan listrik sebesar 1.942 TWh pada tahun 2060. Salah satu tantangannya adalah menyediakan listrik dari sumber energi terbarukan yang dapat diakses, handal, dan berkelanjutan.

“Untuk meningkatkan pemanfaatan energi bersih, Indonesia berencana membangun sekitar 700 GW pembangkit listrik energi terbarukan, mengingat Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah, mencapai lebih dari 3.600 GW,” tambahnya.

PT PLN (Persero), perusahaan listrik negara, juga telah membuka peluang kolaborasi dalam membangun 9 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan total kapasitas yang diperkirakan mencapai 260 megawatt (MW). Menurut Arifin, Selandia Baru memiliki sumber daya dan keahlian yang melimpah dalam pengembangan proyek panas bumi, termasuk dalam pemanfaatan langsung dan inovasi dalam operasi panas bumi seperti produksi hidrogen hijau dan Carbon Capture Storage (CCS).

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru, Nanaia Mahuta, menyatakan bahwa komitmen PINZ didasarkan pada pencapaian yang telah dicapai dan akan memperluas akses Indonesia ke energi yang terjangkau, handal, dan bersih.

“Aotearoa Selandia Baru secara aktif mendukung sektor energi panas bumi di Indonesia melalui investasi berkelanjutan dalam program PINZ. Kerja sama ini akan membantu mengurangi emisi iklim dan memberikan manfaat bagi kawasan Indo-Pasifik secara luas,” ungkap Mahuta.

Tujuan dari program PINZ adalah untuk meningkatkan kontribusi energi panas bumi dalam mencapai target energi terbarukan Indonesia melalui bantuan teknis dan peningkatan kapasitas di berbagai bidang. Hal ini meliputi perbaikan kerangka peraturan, eksplorasi panas bumi, dan peningkatan keterampilan serta kapasitas teknis tenaga kerja.

PT PLN (Persero) menawarkan kerjasama pengembangan panas bumi dengan tingkat pengembalian investasi yang menarik bagi investor.

“Dana sebesar NZ$15,6 juta ini akan membantu Indonesia mencapai target energi terbarukan melalui penyediaan bantuan teknis dan peningkatan kapasitas dalam tiga bidang utama, yaitu kerangka peraturan, eksplorasi panas bumi, dan peningkatan keterampilan dan kapasitas tenaga kerja,” jelas Mahuta.

Dalam periode lima tahun, pendanaan ini akan diberikan dan didasarkan pada hubungan yang baik antara Selandia Baru dan Indonesia yang sudah terjalin lama dalam pengembangan panas bumi.

Kerja sama di bidang panas bumi antara Selandia Baru dan Indonesia dimulai pada tahun 1970-an dan merupakan bagian dari kerja sama energi terbarukan yang menjadi komitmen bersama kedua negara di bawah Kemitraan Komprehensif pada tahun 2018.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here