Seputarenergi – Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, menyoroti potensi penggunaan energi terbarukan dalam menurunkan biaya listrik. Menurutnya, harga sumber energi terbarukan saat ini tidak semahal dulu. Dalam acara ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) di Jakarta, Darmawan mengungkapkan bahwa sebelumnya pada tahun 2015, harga tenaga surya adalah 26 sen per kilowatt jam (kWh). Namun, pada tahun 2018, harga tenaga surya telah turun menjadi 26 sen per kWh. Saat ini, tenaga surya bahkan dihargai hanya sekitar 5 sen per kWh.
“Ini menunjukkan bahwa penambahan tenaga surya dan angin sekarang akan mengurangi biaya listrik, berbeda dengan masa lalu di mana penambahan ini akan meningkatkan harga,” kata Darmawan.
Meskipun demikian, Darmawan menyadari bahwa sebagian besar sumber energi terbarukan berlokasi di daerah terpencil di Indonesia. Oleh karena itu, PLN harus membangun jalur transmisi yang ramah lingkungan untuk menghubungkan sumber-sumber energi terbarukan ini.
Darmawan mengungkapkan bahwa PLN saat ini tengah merumuskan proses eksplorasi dan transmisi yang ramah lingkungan sebagai bagian dari upayanya untuk mendukung penggunaan energi terbarukan.
“Kami melihat ini sebagai tantangan sekaligus peluang,” tambahnya.
Selain itu, PLN juga telah menghilangkan rencana pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara berkapasitas 13 Giga Watt (GW) dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Darmawan mengklaim bahwa penghapusan ini telah dilakukan sejak dua tahun lalu. Namun, langkah ini masih dianggap belum cukup untuk mengurangi emisi.
Karenanya, PLN juga telah meningkatkan kapasitas pembangkitan listrik sebesar 51 persen dari sumber energi terbarukan. Selain itu, mereka sedang merumuskan ulang RUPTL untuk membuat kebijakan yang lebih mendukung transisi energi.
“Kami sedang dalam proses merancang ulang, menyusun, dan mendefinisikan kembali perencanaan ketenagalistrikan nasional,” kata Darmawan.