Seputarenergi – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, melalui Liliek Widodo, Direktur Industri Logam Kemenperin, mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar sebagai pemain strategis dalam industri baterai lithium dunia. Pada sebuah diskusi daring bertema “Membangun Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia,” di Jakarta, Liliek menyampaikan bahwa Indonesia memiliki cadangan nikel sebanyak 21 juta ton atau setara dengan 30 persen dari cadangan dunia.
“Membangun Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia”
Dengan cadangan nikel yang melimpah, Indonesia dapat menjadi pemain kunci dalam industri baterai lithium global, terutama dengan proyeksi peningkatan kebutuhan nikel untuk baterai kendaraan listrik hingga tahun 2030.
Liliek menjelaskan, “Hal ini membuat negara berpotensi sebagai pemain strategis dalam industri baterai lithium di dunia. Di mana diperkirakan hingga 2030 kebutuhan nikel untuk material baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle alias EV akan terus meningkat.”
Selain itu, upaya pemerintah untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik melalui program bantuan seperti Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) turut memberikan dampak positif terhadap penjualan kendaraan listrik berbasis baterai (BEV).
“Begitu pula penjualan kuartal 3 sebesar 4,257 unit meningkat sebesar 154 persen jika dibandingkan dengan kuartal pertama sebelum insentif,” tambah Liliek.
Pemerintah telah meluncurkan dua program terbaru untuk mendorong adopsi kendaraan listrik, yakni bantuan KBLBB untuk kendaraan roda dua senilai Rp 7 juta dan program PPN ditanggung pemerintah untuk kendaraan roda empat atau lebih dengan pemotongan pajak sebesar 10 persen.
“Program bantuan KBLBB roda dua telah disalurkan sebesar 12.350 unit. Penjualan ini meningkat sebesar 9.900 unit atau 41,3 persen sejak diberlakukan Permenperin No.21/2023 tentang Perubahan Persyaratan pada program tadi,” kata Liliek.
Kemenperin mencatat bahwa saat ini terdapat sejumlah perusahaan kendaraan listrik di Indonesia, termasuk 5 perusahaan untuk bus listrik, 4 perusahaan mobil listrik, dan 53 perusahaan motor listrik. Upaya terus dilakukan untuk mempercepat investasi dalam program KBLBB, sehingga dapat mengembangkan industri baterai listrik dalam negeri dengan memanfaatkan sumber daya alam nikel yang melimpah.
“Kami berupaya mendorong dan meningkatkan pemakaian kendaraan listrik berbasis baterai di dalam negeri,” lanjut Liliek, menekankan pentingnya investasi untuk pertumbuhan industri baterai listrik yang berkelanjutan di Indonesia. “Hal ini untuk mendapatkan nilai tambah yang memadai dan optimal untuk kesejahteraan masyarakat dan negara.”