Dalam perhelatan Konferensi Perubahan Iklim ke-28 (COP28) yang berlangsung di Dubai, Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, mengungkapkan bahwa harga listrik yang berasal dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia semakin lama semakin murah. Darmawan menyatakan bahwa fenomena ini sejalan dengan perkembangan inovasi yang terus berlangsung setiap tahunnya.
Menurut Darmawan, biaya listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan baterai lima tahun lalu sekitar 35 sen dolar per kilowatt-hour (kWh). Namun, saat ini, biaya tersebut telah mengalami penurunan signifikan menjadi sekitar 12 sen dolar per kWh untuk PLTS plus baterai.
“Saat ini biaya penyimpanan tidaklah murah, sekitar 12-13 sen per kWh. Tapi ingat, 12 sen itu sudah mengurangi biaya 80% dibandingkan biaya penyimpanan lima tahun lalu,” ungkap Darmawan pada Selasa (5/12/2023).
Darmawan meyakini bahwa melalui terus berkembangnya inovasi, harga EBT plus baterai untuk penyimpanan energi akan terus mengalami penurunan. Dengan demikian, harga listrik yang dihasilkan dari pembangkit EBT dapat bersaing dengan energi fosil, seperti batu bara.