Seputarenergi – Harga batu bara acuan dunia mengalami penurunan sepanjang pekan terakhir. Refinitiv mencatat bahwa harga batu bara Newcastle untuk kontrak Februari 2024 mengalami penurunan sebesar 2,49% secara point-to-point, mencerminkan penurunan selama lima pekan berturut-turut. Meskipun demikian, pada perdagangan Jumat lalu, harga batu bara mengalami kenaikan sebesar 0,79% menjadi US$127,25 per ton.
Penurunan harga batu bara ini terkait dengan proyeksi menurunnya permintaan dan peralihan ke energi baru terbarukan. Sementara itu, sejumlah konglomerat di Indonesia terus merajai daftar orang terkaya berkat bisnis di sektor batu bara. CNBC Indonesia merangkum daftar “raja tambang” di Indonesia:
1. Low Tuck Kwong – Pemilik PT Bayan Resources Tbk (BYAN)
– Kapitalisasi Pasar BYAN: Rp 658,33 triliun
– Kekayaan: US$27,2 miliar (Rp 422,79 triliun)
2. Keluarga Widjaja – Pemimpin Sinar Mas Group
– Kekayaan Keluarga: US$10,8 miliar (Rp 168,3 triliun)
3. Garibaldi Thohir – Pendiri PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)
– Kekayaan 2022: US$3,45 miliar (Rp 54,01 triliun)
– Kekayaan 2023: US$3,3 miliar (Rp 51,29 triliun)
4. Kiki Barki – Pendiri PT Harum Energi Tbk (HRUM)
– Kekayaan 2022: US$1,9 miliar (Rp 29,6 triliun)
– Kekayaan 2021: US$1,41 miliar (Rp 21,92 triliun)
5. Edwin Soeryadjaya – Pemimpin Saratoga Investama Sedaya
– Kekayaan 2022: US$1,8 miliar (Rp 28,05 triliun)
– Kekayaan 2023: US$1,24 miliar (Rp 19,27 triliun)
Meskipun harga batu bara menghadapi tekanan, para “raja tambang” tetap memiliki posisi yang kuat dalam daftar orang terkaya Indonesia, menunjukkan dominasi sektor ini dalam peta kekayaan negara.