Kilang Pertamina Siap Olah Minyak Jelantah untuk Energi Berkelanjutan

0
351

Seputarenergi—PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) akan mengolah minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO) dengan kapasitas 6.000 barrel per hari menjadi Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) dan Sustainable Aviation Fuel (SAF), dengan produksi mencapai sekitar 300 ribu kiloliter per tahun. Proyek ini merupakan bagian dari komitmen KPI terhadap inovasi dan keberlanjutan energi.

“Proyek Green Refinery (kilang hijau) ini bukan hanya tentang menyediakan sumber energi alternatif, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi masyarakat, mendukung pertumbuhan lokal, serta mengurangi dampak lingkungan,” kata Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, dalam keterangan di Jakarta, Senin.

Pada awal Desember lalu, Taufik telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) terkait pasokan feedstock Proyek Green Refinery Kilang Cilacap dengan Direktur Utama PT Gapura Mas Lestari (GML), Heru Fidiyanto. MoU tersebut menjadi langkah signifikan dalam pengembangan bisnis bahan bakar hijau (green fuel) di Indonesia.

Kilang Cilacap saat ini mampu menghasilkan HVO dan SAF. Untuk HVO, bahan bakunya berasal dari Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang kemudian menghasilkan Pertamina Renewable Diesel (RD) 100 persen berbasis minyak nabati. Sedangkan SAF menggunakan bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), yang berasal dari inti sawit.

Produk HVO ini nantinya akan menjadi komponen pencampuran (blending) dalam diesel dengan kualitas superior dibandingkan biodiesel FAME, dan dirancang memenuhi standar tertinggi untuk penggunaan di negara empat musim, seperti pasar Eropa dan Amerika. Di sisi lain, produk SAF dari Green Refinery Cilacap diharapkan dapat mendukung pasokan dalam industri aviasi, sejalan dengan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel.

“Mari kita wujudkan masa depan yang lebih baik untuk bangsa dan negara,” ujar Taufik, meyakini bahwa dengan kolaborasi dan komitmen semua pihak, proyek ini akan mampu mengatasi berbagai hambatan dan menjadi contoh sukses dalam pengembangan energi berkelanjutan.

Proyek Green Refinery ini memiliki kontribusi signifikan dalam penanganan perubahan iklim, dengan mengolah UCO menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Inisiatif kilang hijau di Cilacap ini mencerminkan komitmen Indonesia terhadap transisi energi yang lebih bersih dan mempertahankan keseimbangan ekosistem demi masa depan yang berkelanjutan.

Penandatanganan Nota Kesepahaman tersebut menjadi langkah penting untuk memperkuat kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam mencapai tujuan energi berbasis keberlanjutan di Indonesia. PT GML, dengan pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai pengumpul dan eksportir UCO, dinilai dapat mendukung dan menjamin pasokan feedstock bagi Proyek Green Refinery Cilacap.

“Kolaborasi antara KPI dan PT GML dengan pengalaman dalam rantai pasok mulai dari pengumpulan sampai dengan pasokan UCO diharapkan dapat mendukung dan menjamin pasokan feedstock untuk Proyek Green Refinery Cilacap,” kata Taufik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here