Jalani Strategi Akuisisi Tambang, PLN Pastikan Tidak Melupakan Pengembangan EBT

0
748

PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berupaya mengakuisisi tambang batubara guna menjaga pasokan batubara untuk pembangkit listrik perusahaan pelat merah tersebut. Meski begitu, kegiatan tersebut tidak mempengaruhi rencana PLN untuk memaksimalkan sumber energi baru terbarukan (EBT).

Vice President Public Relations PLN Arsyadany Ghana Akmalaputri memastikan, akuisisi tambang batubara yang dilakukan oleh PLN terbatas pada porsi tertentu. Dalam hal ini, hanya untuk menjamin ketersediaan batubara untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang sudah ada.

Pihak PLN tetap berupaya meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) di sektor pembangkit listrik. Terlebih, pemerintah telah menargetkan kontribusi EBT mencapai 23% di tahun 2025 mendatang. “Kami tetap berkomitmen mendukung EBT. Untuk EBT sudah diatur dalam RUPTL dan sudah direncanakan proses pemenuhan bauran energinya,” ujar dia, Sabtu (30/8).

Mengutip berita sebelumnya, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Selasa (25/8) lalu menyebut, terdapat tiga program akuisisi yang dijalankan oleh PLN.

Pertama, program akuisisi tambang untuk penyediaan batubara PLTU Mulut Tambang (MT). Program ini sudah berjalan di PLTU MT Jambi-1 berkapasitas 2×300 MW dan PLTU MT Kalselteng-3 berkapasitas 2×100 MW. Sebagian saham tambang di sekitar kedua PLTU tersebut sudah dimiliki oleh PLN Group.

Kedua, program akuisisi tambang batubara berikut infrastruktur pendukung untuk mempertahankan keamanan pasokan (security of supply) dan efisiensi biaya penyediaan batubara. Program ini sudah berjalan di Sumatera Selatan yang mana PLN Group memiliki sebagian saham tambang.

Ketiga, program kerja sama tambang untuk pemanfaatan batubara lokal yang berlokasi dekat dengan PLTU. Progam ini mulai dikerjakan di PLTU Nagan Raya 1-2 dan diharapkan bisa mengurangi biaya transportasi pengangkutan batubara dari luar daerah.

Arsya mengatakan, akuisisi tambang batubara pada dasarnya ditujukan untuk menjaga pasokan batubara bagi pembangkit listrik perusahaan pelat merah tersebut. 

Dia menyebut, nilai kalori batubara untuk pembangkit PLN sangat bergantung dari kondisi tambang yang tersedia di sekitar PLTU. “Kalori batubara yang digunakan juga berdasarkan hasil pemetaan dan riset yang dibuat oleh konsultan,” katanya, Sabtu (30/8).

Ia juga belum bisa membeberkan biaya investasi yang dikeluarkan PLN untuk kegiatan akuisisi tambang batubara tersebut. Yang jelas, nilai tersebut sangat bergantung dari lokasi dan akses tambang batubara yang bersangkutan. PLN pun akan mempertimbangkan ketersediaan anggaran belanja apabila hendak mengakuisisi tambang batubara lagi di masa-masa mendatang.

Menurut Arsya, PLN pada dasarnya punya semangat untuk terus melangsungkan proyek ketenagalistrikan 35.000 MW, termasuk di dalamnya memastikan ketersediaan batubara yang andal untuk PLTU-PLTU perusahaan ini.

Sekadar catatan, dalam RUPTL PLN periode 2019-2028, kebutuhan batubara untuk pembangkit PLN diprediksi meningkat hingga 152,63 juta ton pada tahun 2028. Sedangkan di tahun lalu, realisasi pasokan batubara PLN tercatat sebesar 97,72 juta ton.

Masih merujuk RUPTL, total kapasitas PLTU akan mencapai 27 GW atau 48% dari total kapasitas pembangkitan listrik nasional. Lantas, akuisisi tambang batubara hanya menjadi salah satu langkah PLN untuk memenuhi kebutuhan tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh perusahaan listrik di negara-negara lainnya.

“Untuk memenuhi kebutuhan batubara caranya dengan membuat kontrak jangka panjang atau memiliki sebagian saham di perusahaan tambang,” pungkas dia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here