KTT Efisiensi Energi yang baru saja berlangsung di Paris merupakan momentum penting dalam upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Sebuah studi yang dirilis pekan lalu menunjukkan adanya lonjakan kebutuhan energi yang tidak diimbangi dengan peningkatan serupa pada tingkat emisi. Namun, tingkat efisiensi energi telah meningkat secara signifikan seiring dengan kemajuan teknologi. Pada tahun lalu, tingkat efisiensi energi bahkan mencapai dua kali lipat dari rata-rata selama lima tahun terakhir.
Direktur Efisiensi Energi Badan Energi Internasional (IEA), Brian Motherway, mengungkapkan bahwa kita berada di persimpangan di mana teknologi yang lebih bersih, efisien, dan terjangkau mulai mendominasi. Hal ini menunjukkan adanya potensi besar dalam meminimalisir pemborosan energi sebagai cara yang paling murah untuk mendorong sektor transportasi dan mengurangi emisi. Beberapa negara seperti Jepang telah mengadopsi pendekatan serupa dengan mengeluarkan regulasi yang ketat terkait konsumsi energi di gedung dan perumahan.
Uni Eropa juga telah sepakat untuk mengurangi konsumsi energi secara keseluruhan sebesar 12 persen dibandingkan dengan prediksi tahun 2020. Hal ini akan dicapai melalui peningkatan efisiensi di sektor transportasi pribadi, industri berat, dan desain bangunan hemat energi. Di Amerika Serikat, upaya efisiensi energi juga telah dicanangkan melalui UU Pengurangan Inflasi, yang akan didukung oleh investasi sebesar USD 95 miliar selama sepuluh tahun ke depan.
Peran negara dalam memaksa perubahan sangat penting dalam mendorong efisiensi energi. Inisiatif dari pemerintah dapat memaksa pemilik bangunan, pengembang, dan pelaku industri untuk patuh. Laporan IEA menunjukkan bahwa investasi pemerintah dan swasta dalam efisiensi energi meningkat sebesar 15 persen menjadi sekitar USD 600 miliar pada tahun 2022, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, Brian Motherway menyatakan bahwa kenaikan tersebut masih belum cukup.
Untuk membatasi kenaikan suhu bumi maksimum 1,5 derajat Celsius, diperlukan upaya global untuk menggandakan efisiensi energi dalam satu dekade ke depan. Diperkirakan bahwa investasi sebesar USD 1,8 triliun per tahun diperlukan untuk mencapai target tersebut. Oleh karena itu, tuntutan terhadap pemerintah untuk melakukan lebih banyak langkah dalam menghemat energi menjadi semakin kuat. Steven Nadel, Direktur Dewan Ekonomi Energi Efisien AS, menyatakan bahwa penghematan energi harus dipaksakan, terutama dalam hal perlengkapan rumah tangga, kendaraan bermotor atau listrik, dan bangunan.
Saat ini, masih terdapat ketergantungan pada energi fosil
dalam penggunaan listrik di rumah-rumah dan dalam mobilitas publik. Namun, adopsi teknologi elektrifikasi telah berhasil mengurangi emisi. Namun, efisiensi energi yang lebih baik sulit diperoleh dari kendaraan berbahan bakar fosil yang masih menghasilkan gas rumah kaca melalui pembakaran internal.
Perkembangan terkini, seperti kelangkaan energi akibat invasi Rusia di Ukraina, telah mendorong pasar untuk memperkuat upaya efisiensi dan penghematan energi. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah dan pelaku usaha harus berani berinvestasi dalam pengembangan teknologi yang lebih efisien, bahkan di sektor yang sebelumnya tidak mengalami kelangkaan energi.
Philippe Benoit, peneliti di Center on Global Energy Policy di Columbia University, menggarisbawahi pentingnya pemerintah dan pelaku usaha untuk berinvestasi dalam pengembangan teknologi yang lebih efisien. Kepentingan ini biasanya dipicu oleh kekhawatiran terkait pasokan energi. Tujuan kita adalah mencapai titik di mana pemerintah, rumah tangga, dan pelaku usaha tetap meningkatkan investasi mereka dalam menghemat energi, bahkan ketika tidak ada ancaman krisis pasokan energi. Hal ini merupakan komitmen kita dalam mencapai target iklim yang telah ditetapkan.