Seputarenergi – PT PLN Indonesia Power (PLN IP), subholding PT PLN (Persero), telah menegaskan komitmennya dalam mempercepat pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menjelaskan bahwa perusahaan mendukung inisiatif net zero emission dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan listrik untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. “Sampai 35 tahun dari sekarang, beban akan sangat tinggi, jadi kami perlu melihat energi baru terbarukan yang mungkin tersedia di Indonesia,” ungkap Edwin dalam keterangannya di forum Asia Pacific Energy Talks.
PLN IP telah merancang berbagai strategi pengembangan EBT sebagai langkah awal untuk memenuhi kebutuhan listrik 35 tahun ke depan. Salah satunya adalah melalui proyek Hijaunesia 2023, yang memprioritaskan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) melalui skema kemitraan strategis. “Melalui inisiatif ini, kita genjot pengembangan EBT yang telah tercantum dalam RUPTL 2021 – 2030, dengan kapasitas total mencapai 1.055 MW,” kata Edwin.
PLN IP akan mempercepat pembangunan PLTS di lima lokasi dengan total kapasitas 500 MW, dengan target proses pembangunan hingga beroperasi komersial (COD) lebih cepat dari sebelumnya. “Pembangunan pembangkit tersebut dengan proses paralel antara lain pra-seleksi mitra termasuk kontraktor EPC, pemilihan lender, dan proses perizinan,” jelasnya.
Meskipun demikian, Edwin menegaskan bahwa menuju net zero emission bukanlah hal yang mudah. PLN terus berupaya keras untuk menemukan solusi terbaik dalam transisi energi. Pengembangan EBT saat ini seperti EBT hidro, panas bumi, nuklir, dan cofiring amonia masih dalam tahap penyelidikan karena belum ekonomis secara langsung. “Jadi kami menunggu kematangan teknologi dan kemudian kami akan menggunakannya untuk menekan emisi karbon,” tambah Edwin.